ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN TRAKSI
A.
DEFINISI
Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian
tubuh. Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot ; untuk mereduksi,
mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur ; untuk mengurangi deformitas, dan
untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang. Traksi harus
diberikan dengan arah dan besaran yang diinginka untuk mendapatkan efek
terapeutik. Faktor-faktor yang mengganggu keefekktifan tarikan traksi harus
dihilangkan (Smeltzer & Bare, 2001 ).
Traksi merupakan metode
lain yang baik untuk mempertahankan reduksi
ektermitas yang mengalami fraktur (Wilson,
1995 ).
Keuntungan
pemakaian traksi
1)
Menurunkan nyeri spasme
2)
Mengoreksi dan mencegah deformitas
3)
Mengimobilisasi sendi yang sakit
Kerugian
pemakaian traksi
1)
Perawatan RS
lebih lama
2)
Mobilisasi terbatas
3)
Penggunaan alat-alat lebih banyak.
Beban
traksi
1)
Dewasa = 5 - 7 Kg
2)
Anak = 1/13 x BB (Barbara, 1998).
B. INDIKASI
1)
Traksi rusell digunakan pada pasien fraktur pada plato
tibia
2)
Traksi buck, indikasi yang paling sering untuk jenis
traksi ini adalah untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum lutut
tersebut diperiksa dan diperbaiki lebih lanjut
3)
Traksi Dunlop merupakan traksi pada ektermitas atas.
Traksi horizontal diberikan pada humerus dalam posisi abduksi, dan traksi
vertical diberikan pada lengan bawah dalm posisi flexsi.
4)
Traksi kulit Bryani sering digunakan untuk merawat anak
kecil yang mengalami patah tulang paha
5)
Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk
merawat patah tulang pada korpus pemoralis orang dewasa
6)
Traksi 90-90-90 pada fraktur tulang femur pada
anak-anak usia 3 thn sampai dewasa muda (Barbara, 1998)
C. TUJUAN PEMASANGAN
Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot, untuk
mereduksi, mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur, untuk mengurangi
deformitas, untuk menambah ruang diantara dua permukaan antara patahan tulang.
1. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginkan untuk mendapatkan efek terapeutik, tetapi kadang-kadang traksi harus dipasang dengan arah yang lebih dari satu untuk mendapatkan garis tarikan yang diinginkan (Barbara, 1998).
1. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginkan untuk mendapatkan efek terapeutik, tetapi kadang-kadang traksi harus dipasang dengan arah yang lebih dari satu untuk mendapatkan garis tarikan yang diinginkan (Barbara, 1998).
D. JENIS- JENIS
TRAKSI
1.
Traksi manual
Traksi
dipasang pada bagian tubuh dengan tangan ditempatkan secara distalpada sisi
fraktur. Perawat seringkali memakai traksi manual ketika pemasanggan gips.
(Donnal L. Wong, 2003.Hal.630)
2.
Traksi kulit
Traksi kulit digunakan untuk mengontrol sepasme kulit dan
memberikan imobilisasi . Traksi kulit apendikuler ( hanya pada ektermitas
digunakan pada orang dewasa) termasuk “ traksi ektensi Buck, traksi russell,
dan traksi Dunlop”.
3.
Traksi skelet
Traksi skelet dipasang langsung pada tulang. Metode traksi
ini digunakan paling sering untuk menangani fraktur femur, tibia, humerus dan
tulang leher. Kadang- kadang skelet traksi bersifat seimbang yang menyokong
ekstermitas yang terkena, memungkinkan gerakan pasien sampai batas- batas
tertentu dan memungkinkan kemandirian pasien maupun asuh keperawatan sementara
traksi yang efektif tetap dipertahankan. (Smeltzer & Bare,2001 ).
E. PRINSIP
PEMASANGAN TRAKSI
Traksi harus dipasang dengan arah lebih dari satu untuk
mendapatkan garis tarikan yang diinginkan. Dengan cara ini, bagian garis tarikan
yang pertama berkontraksi terhadap garis tarikan lainnya. Garis-garis tersebut
dikenal sebagai vektor gaya. Resultanta adalah gaya tarikan yang sebenarnya
terletak di tempat diantara kedua garis tarikan tersebut. Efek traksi yang
dipasang harus dievaluasi dengan sinar X, dan mungkin diperlukan penyesuaian.
Bila otot dan jaringan lunak sudah rileks, berat yang digunakan harus diganti
untuk memperoleh gaya tarikan yang diinginkan.
Traksi lurus atau langsung memberikan gaya tarikan dalam satu
garis lurus dengan bagian tubuh berbaring di tempat tidur. Traksi ektensi buck
dan traksi pelvis merupakan contoh traksi lurus.
Traksi suspensi seimbang memberikan dukungan pada ektermitas
yang sakit diatas tempat tidur sehingga memungkinkan mobilisasi pasien sampai
batas tertentu yanpa terputus garis tarikan. Tarikan dapat dilakukan pada kulit
( traksi kulit ) atau langsung kesekelet tubuh (traksi skelet). Cara pemasangan
ditentukan oleh tujuan traksi
Traksi dapat dipasang dengan tangan (traksi manual). Ini
merupakan traksi yang sangat sementara yang bisa digunakan pada saat pemasangan
gips, harus dipikirkan adanya kontraksi
Pada setiap pemasangan traksi, harus dipikirkan adanya
kontraksi adalah gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan ( hukum Newton
III mengenai gerak, menyebutkan bahwa bila ada aksi maka akan terjadi reaksi
dengan besar yang sama namun arahnya yang berlawanan ) umumnya berat badan
pasien dan pengaturan posisi tempat tidur mampu memberikan kontraksi.
Imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan
densitas tulang dengan agak cepat, terapi fisik harus dimulai segera agar dapat
mengurangi keadaan ini.misalnya, seorang dengan patah tulang femur diharuskan
memakai kruk untuk waktu yang lama. Rencana latihan untuk mempertahankan
pergerakan ektermitas atas, dan untuk meningkatkan kekuatannya harus dimulai
segera setelah cedera terjadinya (Wilson, 1995 ).
Prinsip
traksi efektif :
1)
Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif
2)
Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan imobilisasi
fraktur efektif.
3)
Traksi kulit pelvis dan serviks sering digunakan untuk
mengurangi spasme otot dan biasanya diberikan sebagai traksi intermiten.
4)
Traksi skelet tidak boleh terputus.
5)
Pemberat tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan
intermiten. Setiap faktor yang dapat mengurangi tarikan atau mengubah garis
resultanta tarikan harus dihilangkan.
6)
Tubuh pasien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat
tempat tidur ketika traksi dipasang.
7)
Tali tidak boleh macet
8)
Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh
terletak pada tempat tidur atau lantai
9)
Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh
menyentuh katrol atau kaki tempat tidur.
10) Selalu
dikontrol dengan sinar roentgen ( Brunner & suddarth,2001 ).
F. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1)
Pemeriksaan foto polos sevikal
Tes diagnostic pertama yang sering dilakukan pada pasien
dengan keluhan nyeri leher. Foto polos sevikal sangat penting untuk mendeteksi
adanya fraktur dan subluksasi pada pasien dengan trauma leher.
2)
CT Scan
Pemeriksaan ini dapat memberikan visualisasi yang baik
komponen tulang sevikal dan sangat membantu bila ada fraktur akut.
3)
MRI ( Magnetic resonance imaging )
Pemeriksaan ini sudah menjadi metode imajing pilihan
untuk daerah sevikal MRI dapat mendeteksi kelainan ligament maupun discus.
4)
Elektrokardiografi ( EMG)
Pemeriksaan ini membantu mengetahui apakah suatu
gangguan bersifat neurogenik atau tidak. Karena pasien dengan spasme otot,
atritis juga mempunyai gejala yang sama. Selain itu juga untuk menentukan level
dari iritasi/ kompresi radiks, membedakan lesi radiks dan lesi saraf perifer,
membedakan adanya iritasi atau kompresi.
G. PRISIP
PERAWATAN TRAKSI
1)
Berikan tindakan kenyamanan ( contoh: sering ubah
posisi, pijatan punggung )
dan aktivitas terapeutik
2)
Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan
otot.
3)
Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi.
4)
Beri penguatan pada balutan awal/ pengganti sesuai
dengan indikasi, gunakan
teknik aseptic dengan tepat.
5)
Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput.
6)
Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar.
7)
Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress,
contoh: bimbingan imajinasi, nafas dalam.
8)
Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan
9)
Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi
medik, contoh: edema, eritema
H. KOMPLIKASI
Dekubitus, kulit pasien diperiksa sesering mungkin mengenai
tanda tekanan atau lecet. Perhatian khusus diberikan pada tonjolan tulang.
Perlu diberikan intervensi awal untuk mengurangi tekanan. Perubahan posisi
pasien perlu sering dilakukan dan memakai alat pelindung kulit sangat membantu.
Bila risiko kerusakan kulit sangat tinggi, seperti pada pasien trauma ganda
atau pada pasien lansia yang lemah, perawat harus berkonsultasi dengan dokter
mengenai penggunaan tempat tidur khusus untuk membantu mencegah kerusakan
kullit. Bila telah terbentuk ulkus akibat tekanan, perawat harus berkonsultasi
dengan dokter mengenai penanganannya.
Kongesti paru/pneumonia. Paru pasien diauskultasi untuk
mengetahui status pernapasannya. Pasien diajari untuk menarik napas dalam dan
batuk-batuk untuk membantu pengembangan penuh paru-paru dan mengeluarkan skresi
paru. Bila riwayat pasien dan data dasar pengkajian menunjukkan bahwa pasien
mempunyai resiko tinggi mengalami komplikasi respirasi, perawat harus berkonsultasi
dengan dokter mengenai penggunaan terapi khusus. Bila telah terjadi masalah
respirasi, perlu diberikan terapi sesuai resep.
Konstipasi dan anoreksia. Penurunan motilitas
gastrointestinal menyebabkan anorekksia dan konnstipasi. Diet tnggi serat dan tinggi
cairan dapat membantu merangsanng motilitas gaster. Bila telah terjadi
konstipasi, perawat dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai penanganannya,
yang mungkin meliputi pelunak tinja, laksatif, supositoria, dan enema. Untuk
memmperbaiki nafsu makan pasien, harus dicatat makanan apa yang disukai pasien
dan dimasukkan dalam program diet, sesuai kebutuhan.
Stasis dan infeksi saluran kemih. Pengosongan kandung kemih
yang tak tuntas Karena posisi pasien di tempat tidur dapat mengakibatkan stasis
dan infeksi saluran kemih. Selain itu pasien mungkin merasa bahwa menggunakan
pispot di tempat tidur kurang nyaman dan membatasi cairan masuk untuk
mengurangi frekuensi berkemih. Perawat harus memantau masukan cairan dan sifat
kemih. Perawat harus mengajar pasien untuk meminum cairan dalam jumlah yang
cukup dan berkemih tiap 2 sampai 3 jam sekali. Bila pasien memperlihatkan tanda
dan gejala infeksi saluran kemih, perawat segera berkonsultasi dengan dokter
mengenai penanganan masalah ini.
Trombosi vena profunda. Stasis vena terjadi akibat
imobilitas. Perawat harus mmengajar pasien untuk malakuka latihan tumit dan
kaki dalam batas terapi traksi secara teratur sepanjang hari untuk mencegah
terjadinya trombosis vena provunda (DVT). Pasien didorong untuk meminum air untuk
mencegah dehidrasi dan hemokonsenntrasi yang menyertainya, yang akan
mengakibatkan stasis. Perawat memantau pasien terhadap terjadinya tanda DVT dan
melaporkan hasil temuannya segera mungkin ke dokter untuk evaluasi definitive
dan terapi.
ASUHAN KEPERAWATAN TRAKSI
A. Pengkkajian Keperawatan
Dampak psikologik dan fisiologik masalah musculoskeletal,
alat traksi, dan imobilitas harus diperhitungkan. Traksi membatasi mobilitas
dan kemandirian seseorang. Peralatannya sering terlihat mengerikan, dan pemasangannya
tampak menakutkan. Kebingungan, disorientasi, dan masalah perilaku dapat
terjadi pada anak yang terkurung pada tempat terbatas selama waktu yang cukup
lama. Maka tingkat ansietas pasien dan respon psikologis terhadap traksi harus
dikaji dan dipantau. Bagian tubuh yang ditraksi harus dikaji.
Kaji
perilaku anak untuk menentukan apakah apakah teraksi menyebabkan nyeri atau
ketidak nyamanan. Status neurovaskuler (misal : warna, suhu, pengisian kapiler,
edema, denyut nadi, perabaan, kemampuan bergerak) dievaluasi dan dibandingkan
dengan ekstremitas yang sehat. Integritas kulit harus diperhatikan.
Pengkajian fungsi system tubuh harus dilengkapi sebagai data dasar dan perlu dilakukan pengkajian terus menerus. Imobilisasi dapat menyebabkan terjadinya masalah pada system kulit, respirasi, gastrointestinal, perkemihan, dan kardiovaskuler. Masalah tersebut dapat berupa ulkus akibat tekanan, kongesti paru, statis pneumonia, konstipasi, kehilangan nafsu makan, satis kemih dan infeksi saluran kemih. Adanya nyeri tekan betis, hangat, kemerahan, atau pembengkakan atau tanda human positif (ketidaknyamanan pada betis ketika kaki didorsofleksi dengan kuat) mengarahkan adanya trombosis vena dalam. Identifikasi awal masalah yang telah muncul dan sedang berkembang memungkunkan intervensi segera untuk mengatasi masalah tersebut.
Pengkajian fungsi system tubuh harus dilengkapi sebagai data dasar dan perlu dilakukan pengkajian terus menerus. Imobilisasi dapat menyebabkan terjadinya masalah pada system kulit, respirasi, gastrointestinal, perkemihan, dan kardiovaskuler. Masalah tersebut dapat berupa ulkus akibat tekanan, kongesti paru, statis pneumonia, konstipasi, kehilangan nafsu makan, satis kemih dan infeksi saluran kemih. Adanya nyeri tekan betis, hangat, kemerahan, atau pembengkakan atau tanda human positif (ketidaknyamanan pada betis ketika kaki didorsofleksi dengan kuat) mengarahkan adanya trombosis vena dalam. Identifikasi awal masalah yang telah muncul dan sedang berkembang memungkunkan intervensi segera untuk mengatasi masalah tersebut.
|
|
|||||
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan
utama paasien karena traksi dapat meliputi yang berikut :
1.
Resiko tinggi cedera b/d imobilitas dan alat traksi
2.
Kurang pengetahuan b/d penggunaan traksi
3.
Nyeri b/d cedera fisik.
4.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b/d imobilitas,alat
traksi
5.
Kerusakan mobilitas fisik (uraikan tingkatan) yang b/d kerusakan musculoskeletal
6.
Takut b/d ketidak nyamanan, alat yang tidak dikenal
7.
Kurang perawatan diri : mandi/hygiene, makan,
berpakaian/berdandan,dan toileting, b/d kerusakan mobilitas
C. Intervensi
No
|
Dx.Kep
|
Criteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Resiko tinggi
cedera b/d imobilitas dan alat traksi
|
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama …. X24jam,
diharapkan
klien tidak
mengalami komplikasi
KH:
1. Sirkulasi
di extermitas
tetap memuaskan;gerakan,warna(merah
muda)baik,ada sensasi
2. Anak
tidak menunjukan tanda-tanda komplikasi.
3. Status
neurovascular dikaji untuk penurunan sirkulasi,gerakan,sensasi.
|
1.Anjurkan nafas dalam dengan sering
dengan expansi dada inspirasi yang maksimum.
2.Pasang resterin bila diindikasikan
3.Pertahankan sudut sendi
4.Lakukan latihan pasif,aktif,atau
aktif tahan pada sendi yang tidak sakit.
5.Lakuka tindakan untuk mencegah
terjadinya deformitas lanjut seperti memberikan food board
6.Bersihkan dan balut sisi pin pada
traksi skelet sesuai instruksi dan Berikan antiseptik topical atau antibiotic
harian sesuai instruksi
7.Tutupi ujung pin dengan pelindung
atau bantalan
8.Berikan pelunak feses sesuai
indikasi
9.Pastikan bahwa anak mengkonsumsi
jumlah makanan yang kaya akan kalsium
10. Dorong
masukan cairan dan makanan tinggi serat yang cukup
|
1.
Untuk mencegah komplikasi pernapasan
2.
Untuk mempertahankan traksi
3.
Untuk kesejajaran yang benar
4.
Untuk mempertahankan fungsi sendi
5.
Untuk mencegah footdrop
6.
Untuk menurunkan resiko infeksi
7.
Untuk mencegah anak tercegah pin tersebut
8.
Untuk mencegah konstipasi
9.
Untuk menyembuhkan tulang
10. Untuk
mencegah konstipasi
|
2
|
Kurang
pengetahuan b/d penggunaan traksi
|
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama …. X24jam,
diharapkan
klien(keluarga) mengungkapkan pemahamannya tentang tujuan traksi
KH:
1.
anak dan/atau keluarga mengungkapkan pemahaman
tentang tujuan traksi yang dibuktikan oleh pernyataan verbal dan kepatuhan
pada program trapeutik
|
1.
jelaskan tujuan dan pentingnya traksi untuk
menurunkan spasme otot, menurunkan dan menstabilkan fraktur atau dislokasi,
mempertahankan kesejajaran, dan mengibolisasi extermitas
2.
dorong dan jawab semua pertanyaan dan kekhawatiran
|
1.
agar klien mengerti pentingnya traksi
2.
untuk mengatasi kecemasan klien
|
3
|
Nyeri b/d
cedera fisik
|
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama …. X24jam,
diharapkan
klien tidak
mengalami nyeri atau nyeri
menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak
KH:
1.nyeri berkurang
2.ekspresi wajah tidak meringis
kesakitan
3.anak tampak tenang
|
1.
gunakan strategi pengkajian nyeri,salah satu
pendekatannya adalah QUESTT
2.
ajukan pertanyaan minta anak melokalisasi nyeri
dengan menandai bagian tubuh pada gambar manusia, menunjuk area dengan 1 jari
pada diri sendiri,boneka, mainan binatang, atau
“dimana mami
atau papi akan memasang plester”
3.
lakukan strategi nonfarmakologis untuk membantu anak
mengatasi nyeri
4.
bantu/minta orangtua membantu anak dengan menggunakan
strategi selama nyeri actual
5.
rencanakan untuk memberikan analgesic yang ditentukan
sebelum prosedur
6.
hindari pernyataan seperti “ini obat yang cukup untuk
menghilangkan nyeri sipa pun”atau “mulai sekarang kamu tidak memerlukan lagi
obat nyeri yang banyak”
|
1.
karena strategi yang berbeda memberikan informasi
kualitatif dan
kuantitatif tentang
nyeri.
2.
Karena anak sesuai toddler atau anak yang mempunyai
kesulitan memahami skala nyeri
biasanya dapat melokalisasi nyeri pada gambar atau pada tubuh mereka
3.
Karena tehnik-tehnik seperti relaksasi,pernapasan
berirama,dan distraksi dapat membuat nyeridapat lebih ditoleransi
4.
Karena pelatihan mungkin diperlukan untuk membantu
anak berfokus pada tindakan yang diperlukan
5.
Sehingga efek puncaknya tepat dengan kejadian nyeri
6.
Karen pernyataan ini menunjukan penilaian dan sikap
yang meremehkan
|
4
|
Resiko tinggi
kerusakan integritas kulit b/d imobilitas,alat traksi
|
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama …. X24jam,
diharapkan
klien tidak
mengalami kerusakan kulit
KH:
1.Kulit tampak bersih dan utuh tampa
bukti-bukti iritasi
|
1.
Berikan matras penurun tekanan dibawah pinggul dan
pinggang
2.
Lakukan pemeriksaan kulit tubuh total untuk adanya kemerahan atau kerusakan
3.
Basuh dan keringkan kulit sedikitnya setiap hari
4.
Masase dengan perlahan diatas area tekanan
5.
Ubah posisi sedikitnya setiap 2 jam
6.
Periksa adanya objek kecil(mis: mainan,makanan)
dibawah anak
|
1.
Menghindarkan dari cidra
2.
Untuk mencegah keterlambatan itasi kulitpengobatan
3.
Untuk merangsang sirkulasi dan mejaga kulit tetap
bersih
4.
Untuk merangsang sirkulasi
5.
Untuk mengurangi tekanan
6.
Karna dapat menyebabkan ir
|
5
|
Kerusakan
mobilitas fisik (uraikan tingkatan)
yang b/d kerusakan musculoskeletal
|
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama …. X24jam,
diharapkan
klien mempertahankan fungsi otot dan sendi yang tidak sakit
KH:
1.
Sendi tetap fleksibel dan otot mempertahankan
tonusnya
|
1.
Berikan alat(mis:
trapezeoverhead) dan dorong anak dalam aktivitas untuk
melatih otot dan sendi
|
1.
Untuk mempertahankan fungsi otot dan sendi
|
6
|
Takut b/d
ketidak nyamanan, alat yang tidak dikenal
|
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama …. X24jam,
diharapkan
klien menunjukan tanda-tanda penurunan rasa takut dan pasien mengalami
kenyamanan adekuat
KH:
1.Anak bekerjasama selama prosedur
2.Anak tetap tenang
3.Anak siap bermain dan berinteraksi
4.Anak tidak menunjukkan tanda-tanda
ketidak nyamanan
|
1.
Jelaskan tentang alat traksi pada anak dan keluarga
2.
Jelaskan pada anak tentang askep yang akan diberikan
kepada anak
3.
Tentukan dengan anak cara untuk berpartisipasidalam
perawatan sendiri
4.
Pastikan bahwa anak tau bagai mana cara memanggil
atau meminta bantuaan
5.
Berikan keyakinan bahwa anak tidak akan dibiarkan
tidak berdaya sama sekali
6.
Minta keluarga untuk membawakan mainan kesukaan anak
dan/atau objek yang member rasa nyaman pada anak
7.
Gunakan bantalan,bantal,dan guling untuk memberikan
posisi
8.
Sentuh dan bicara pada anak
|
1.
Untuk menurunkan rasa takut/ansietas dan meningkatkan
kerjasama
2.
Sehingga anak mengetahui apa yang akan terjadi
3.
Untuk memberikan anak beberapa tindakan control
4.
Agar anak tau cara meminta bantuan
5.
Untuk menyakinkan anak bahwa dia tidak dibiarkan
sendiri
6.
Agar anak merasa tidak kesepian
7.
Untuk memberikan rasa nyaman
8.
Untuk memberikan rasa nyaman ketika anak tidak dapat
digendong
|
7
|
Kurang
perawatan diri : mandi/hygiene, makan, berpakaian/berdandan,dan toileting,
b/d kerusakan mobilitas
|
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama …. X24jam,
diharapkan
klien melakukan aktivitas bantuan mandiri dank lien menunjukan pola eliminasi
normal
KH:
1.Anak membantu aktivitas mandiri
2.Eliminasi terjadi dengan kesulitan
minimum
3.Anak megalami defekasi reguler
|
1.
Biarkan anak merencanakan sendiri rutinitas harianya
2.
Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan(mis:
memandikan bagian-bagian yg tdk dpt dijangkau, membuat makanan yg mudah untuk
dimakan tanpa bantuan,memberikan bantuan untuk berdandan)
3.
Tentukan kata-kata anak untuk eliminasi
4.
Berikan privasi
5.
Periksa frekuensi dan konsistensi defekasi
6.
Sesuaikan masukan cairan dan makanan berdasarkan
defekasi
|
1.
Untuk meningkatkan rasa control
2.
Untuk membantu melakukan aktivitas
3.
Sehingga ia mendapatkan bantuan bila diperlukan
4.
Perlu untuk eliminasi
5.
Untuk mencegah kelambatan dalam kuonstipasi
6.
Untuk konstipasi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
gabung yuk