berita terbaru

Rabu, 25 April 2012

askep traksi@kbun galuh dangker@sakra timur


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAKSI


A.    DEFINISI
Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot ; untuk mereduksi, mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur ; untuk mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginka untuk mendapatkan efek terapeutik. Faktor-faktor yang mengganggu keefekktifan tarikan traksi harus dihilangkan (Smeltzer & Bare, 2001 ).
Traksi merupakan metode lain yang baik untuk mempertahankan reduksi
 ektermitas yang mengalami fraktur (Wilson, 1995 ).
Keuntungan pemakaian traksi
1)      Menurunkan nyeri spasme
2)      Mengoreksi dan mencegah deformitas
3)      Mengimobilisasi sendi yang sakit
Kerugian pemakaian traksi
1)       Perawatan RS lebih lama
2)      Mobilisasi terbatas
3)      Penggunaan alat-alat lebih banyak.
Beban traksi
1)      Dewasa = 5 - 7 Kg
2)      Anak = 1/13 x BB (Barbara, 1998).

B. INDIKASI
1)      Traksi rusell digunakan pada pasien fraktur pada plato tibia
2)      Traksi buck, indikasi yang paling sering untuk jenis traksi ini adalah untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa dan diperbaiki lebih lanjut
3)      Traksi Dunlop merupakan traksi pada ektermitas atas. Traksi horizontal diberikan pada humerus dalam posisi abduksi, dan traksi vertical diberikan pada lengan bawah dalm posisi flexsi.
4)      Traksi kulit Bryani sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah tulang paha
5)      Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang pada korpus pemoralis orang dewasa
6)      Traksi 90-90-90 pada fraktur tulang femur pada anak-anak usia 3 thn sampai dewasa muda (Barbara, 1998)

C. TUJUAN PEMASANGAN
Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi, mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur, untuk mengurangi deformitas, untuk menambah ruang diantara dua permukaan antara patahan tulang.
1. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginkan untuk mendapatkan efek terapeutik, tetapi kadang-kadang traksi harus dipasang dengan arah yang lebih dari satu untuk mendapatkan garis tarikan yang diinginkan (Barbara, 1998).

D. JENIS- JENIS TRAKSI
1.      Traksi manual
Traksi dipasang pada bagian tubuh dengan tangan ditempatkan secara distalpada sisi fraktur. Perawat seringkali memakai traksi manual ketika pemasanggan gips. (Donnal L. Wong, 2003.Hal.630)
2.       Traksi kulit
Traksi kulit digunakan untuk mengontrol sepasme kulit dan memberikan imobilisasi . Traksi kulit apendikuler ( hanya pada ektermitas digunakan pada orang dewasa) termasuk “ traksi ektensi Buck, traksi russell, dan traksi Dunlop”.
3.      Traksi skelet
Traksi skelet dipasang langsung pada tulang. Metode traksi ini digunakan paling sering untuk menangani fraktur femur, tibia, humerus dan tulang leher. Kadang- kadang skelet traksi bersifat seimbang yang menyokong ekstermitas yang terkena, memungkinkan gerakan pasien sampai batas- batas tertentu dan memungkinkan kemandirian pasien maupun asuh keperawatan sementara traksi yang efektif tetap dipertahankan. (Smeltzer & Bare,2001 ).

E. PRINSIP PEMASANGAN TRAKSI
Traksi harus dipasang dengan arah lebih dari satu untuk mendapatkan garis tarikan yang diinginkan. Dengan cara ini, bagian garis tarikan yang pertama berkontraksi terhadap garis tarikan lainnya. Garis-garis tersebut dikenal sebagai vektor gaya. Resultanta adalah gaya tarikan yang sebenarnya terletak di tempat diantara kedua garis tarikan tersebut. Efek traksi yang dipasang harus dievaluasi dengan sinar X, dan mungkin diperlukan penyesuaian. Bila otot dan jaringan lunak sudah rileks, berat yang digunakan harus diganti untuk memperoleh gaya tarikan yang diinginkan.
Traksi lurus atau langsung memberikan gaya tarikan dalam satu garis lurus dengan bagian tubuh berbaring di tempat tidur. Traksi ektensi buck dan traksi pelvis merupakan contoh traksi lurus.
Traksi suspensi seimbang memberikan dukungan pada ektermitas yang sakit diatas tempat tidur sehingga memungkinkan mobilisasi pasien sampai batas tertentu yanpa terputus garis tarikan. Tarikan dapat dilakukan pada kulit ( traksi kulit ) atau langsung kesekelet tubuh (traksi skelet). Cara pemasangan ditentukan oleh tujuan traksi
Traksi dapat dipasang dengan tangan (traksi manual). Ini merupakan traksi yang sangat sementara yang bisa digunakan pada saat pemasangan gips, harus dipikirkan adanya kontraksi
Pada setiap pemasangan traksi, harus dipikirkan adanya kontraksi adalah gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan ( hukum Newton III mengenai gerak, menyebutkan bahwa bila ada aksi maka akan terjadi reaksi dengan besar yang sama namun arahnya yang berlawanan ) umumnya berat badan pasien dan pengaturan posisi tempat tidur mampu memberikan kontraksi.
Imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas tulang dengan agak cepat, terapi fisik harus dimulai segera agar dapat mengurangi keadaan ini.misalnya, seorang dengan patah tulang femur diharuskan memakai kruk untuk waktu yang lama. Rencana latihan untuk mempertahankan pergerakan ektermitas atas, dan untuk meningkatkan kekuatannya harus dimulai segera setelah cedera terjadinya (Wilson, 1995 ).
Prinsip traksi efektif :
1)      Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif
2)      Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan imobilisasi fraktur efektif.
3)      Traksi kulit pelvis dan serviks sering digunakan untuk mengurangi spasme otot dan biasanya diberikan sebagai traksi intermiten.
4)      Traksi skelet tidak boleh terputus.
5)      Pemberat tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermiten. Setiap faktor yang dapat mengurangi tarikan atau mengubah garis resultanta tarikan harus dihilangkan.
6)      Tubuh pasien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur ketika traksi dipasang.
7)      Tali tidak boleh macet
8)      Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau lantai
9)      Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat tidur.
10)  Selalu dikontrol dengan sinar roentgen ( Brunner & suddarth,2001 ).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1)      Pemeriksaan foto polos sevikal
Tes diagnostic pertama yang sering dilakukan pada pasien dengan keluhan nyeri leher. Foto polos sevikal sangat penting untuk mendeteksi adanya fraktur dan subluksasi pada pasien dengan trauma leher.

2)       CT Scan
Pemeriksaan ini dapat memberikan visualisasi yang baik komponen tulang sevikal dan sangat membantu bila ada fraktur akut.
3)      MRI ( Magnetic resonance imaging )
Pemeriksaan ini sudah menjadi metode imajing pilihan untuk daerah sevikal MRI dapat mendeteksi kelainan ligament maupun discus.
4)      Elektrokardiografi ( EMG)
Pemeriksaan ini membantu mengetahui apakah suatu gangguan bersifat neurogenik atau tidak. Karena pasien dengan spasme otot, atritis juga mempunyai gejala yang sama. Selain itu juga untuk menentukan level dari iritasi/ kompresi radiks, membedakan lesi radiks dan lesi saraf perifer, membedakan adanya iritasi atau kompresi.

G. PRISIP PERAWATAN TRAKSI
1)      Berikan tindakan kenyamanan ( contoh: sering ubah posisi, pijatan punggung )
 dan aktivitas terapeutik
2)      Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan otot.
3)      Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi.
4)      Beri penguatan pada balutan awal/ pengganti sesuai dengan indikasi, gunakan
 teknik aseptic dengan tepat.
5)      Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput.
6)      Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar.
7)      Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh: bimbingan imajinasi, nafas dalam.
8)      Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan
9)      Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh: edema, eritema

H. KOMPLIKASI
Dekubitus, kulit pasien diperiksa sesering mungkin mengenai tanda tekanan atau lecet. Perhatian khusus diberikan pada tonjolan tulang. Perlu diberikan intervensi awal untuk mengurangi tekanan. Perubahan posisi pasien perlu sering dilakukan dan memakai alat pelindung kulit sangat membantu. Bila risiko kerusakan kulit sangat tinggi, seperti pada pasien trauma ganda atau pada pasien lansia yang lemah, perawat harus berkonsultasi dengan dokter mengenai penggunaan tempat tidur khusus untuk membantu mencegah kerusakan kullit. Bila telah terbentuk ulkus akibat tekanan, perawat harus berkonsultasi dengan dokter mengenai penanganannya.
Kongesti paru/pneumonia. Paru pasien diauskultasi untuk mengetahui status pernapasannya. Pasien diajari untuk menarik napas dalam dan batuk-batuk untuk membantu pengembangan penuh paru-paru dan mengeluarkan skresi paru. Bila riwayat pasien dan data dasar pengkajian menunjukkan bahwa pasien mempunyai resiko tinggi mengalami komplikasi respirasi, perawat harus berkonsultasi dengan dokter mengenai penggunaan terapi khusus. Bila telah terjadi masalah respirasi, perlu diberikan terapi sesuai resep.
Konstipasi dan anoreksia. Penurunan motilitas gastrointestinal menyebabkan anorekksia dan konnstipasi. Diet tnggi serat dan tinggi cairan dapat membantu merangsanng motilitas gaster. Bila telah terjadi konstipasi, perawat dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai penanganannya, yang mungkin meliputi pelunak tinja, laksatif, supositoria, dan enema. Untuk memmperbaiki nafsu makan pasien, harus dicatat makanan apa yang disukai pasien dan dimasukkan dalam program diet, sesuai kebutuhan.
Stasis dan infeksi saluran kemih. Pengosongan kandung kemih yang tak tuntas Karena posisi pasien di tempat tidur dapat mengakibatkan stasis dan infeksi saluran kemih. Selain itu pasien mungkin merasa bahwa menggunakan pispot di tempat tidur kurang nyaman dan membatasi cairan masuk untuk mengurangi frekuensi berkemih. Perawat harus memantau masukan cairan dan sifat kemih. Perawat harus mengajar pasien untuk meminum cairan dalam jumlah yang cukup dan berkemih tiap 2 sampai 3 jam sekali. Bila pasien memperlihatkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih, perawat segera berkonsultasi dengan dokter mengenai penanganan masalah ini.
Trombosi vena profunda. Stasis vena terjadi akibat imobilitas. Perawat harus mmengajar pasien untuk malakuka latihan tumit dan kaki dalam batas terapi traksi secara teratur sepanjang hari untuk mencegah terjadinya trombosis vena provunda (DVT). Pasien didorong untuk meminum air untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsenntrasi yang menyertainya, yang akan mengakibatkan stasis. Perawat memantau pasien terhadap terjadinya tanda DVT dan melaporkan hasil temuannya segera mungkin ke dokter untuk evaluasi definitive dan terapi.

ASUHAN KEPERAWATAN TRAKSI
A. Pengkkajian Keperawatan
Dampak psikologik dan fisiologik masalah musculoskeletal, alat traksi, dan imobilitas harus diperhitungkan. Traksi membatasi mobilitas dan kemandirian seseorang. Peralatannya sering terlihat mengerikan, dan pemasangannya tampak menakutkan. Kebingungan, disorientasi, dan masalah perilaku dapat terjadi pada anak yang terkurung pada tempat terbatas selama waktu yang cukup lama. Maka tingkat ansietas pasien dan respon psikologis terhadap traksi harus dikaji dan dipantau. Bagian tubuh yang ditraksi harus dikaji.
Kaji perilaku anak untuk menentukan apakah apakah teraksi menyebabkan nyeri atau ketidak nyamanan. Status neurovaskuler (misal : warna, suhu, pengisian kapiler, edema, denyut nadi, perabaan, kemampuan bergerak) dievaluasi dan dibandingkan dengan ekstremitas yang sehat. Integritas kulit harus diperhatikan.
Pengkajian fungsi system tubuh harus dilengkapi sebagai data dasar dan perlu dilakukan pengkajian terus menerus. Imobilisasi dapat menyebabkan terjadinya masalah pada system kulit, respirasi, gastrointestinal, perkemihan, dan kardiovaskuler. Masalah tersebut dapat berupa ulkus akibat tekanan, kongesti paru, statis pneumonia, konstipasi, kehilangan nafsu makan, satis kemih dan infeksi saluran kemih. Adanya nyeri tekan betis, hangat, kemerahan, atau pembengkakan atau tanda human positif (ketidaknyamanan pada betis ketika kaki didorsofleksi dengan kuat) mengarahkan adanya trombosis vena dalam. Identifikasi awal masalah yang telah muncul dan sedang berkembang memungkunkan intervensi segera untuk mengatasi masalah tersebut.
Dx 3
nyeri
 
Patway Traksi
Rasa tidak nyaman
 
 
















                                     

 












B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan utama paasien karena traksi dapat meliputi yang berikut :
1.      Resiko tinggi cedera b/d imobilitas dan alat traksi
2.      Kurang pengetahuan b/d penggunaan traksi
3.      Nyeri b/d cedera fisik.
4.      Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b/d imobilitas,alat traksi
5.      Kerusakan mobilitas fisik (uraikan tingkatan)  yang b/d kerusakan musculoskeletal
6.      Takut b/d ketidak nyamanan, alat yang tidak dikenal
7.      Kurang perawatan diri : mandi/hygiene, makan, berpakaian/berdandan,dan toileting, b/d kerusakan mobilitas

C. Intervensi
No
Dx.Kep
Criteria hasil
Intervensi
Rasional
1
Resiko tinggi cedera b/d imobilitas dan alat traksi

Setelah dilakukan
 tindakan asuhan
 keperawatan selama …. X24jam,
diharapkan
klien tidak
 mengalami komplikasi
KH:
1.   Sirkulasi
di extermitas
 tetap memuaskan;gerakan,warna(merah muda)baik,ada sensasi
2.   Anak tidak menunjukan tanda-tanda komplikasi.
3.   Status neurovascular dikaji untuk penurunan sirkulasi,gerakan,sensasi.

1.Anjurkan nafas dalam dengan sering dengan expansi dada inspirasi yang maksimum.
2.Pasang resterin bila diindikasikan
3.Pertahankan sudut sendi
4.Lakukan latihan pasif,aktif,atau aktif tahan pada sendi yang tidak sakit.
5.Lakuka tindakan untuk mencegah terjadinya deformitas lanjut seperti memberikan food board
6.Bersihkan dan balut sisi pin pada traksi skelet sesuai instruksi dan Berikan antiseptik topical atau antibiotic harian sesuai instruksi
7.Tutupi ujung pin dengan pelindung atau bantalan
8.Berikan pelunak feses sesuai indikasi
9.Pastikan bahwa anak mengkonsumsi jumlah makanan yang kaya akan kalsium
10.  Dorong masukan cairan dan makanan tinggi serat yang cukup
1.   Untuk mencegah komplikasi pernapasan
2.   Untuk mempertahankan traksi
3.   Untuk kesejajaran yang benar
4.   Untuk mempertahankan fungsi sendi
5.   Untuk mencegah footdrop
6.   Untuk menurunkan resiko infeksi
7.   Untuk mencegah anak tercegah pin tersebut
8.   Untuk mencegah konstipasi
9.   Untuk menyembuhkan tulang
10.  Untuk mencegah konstipasi
2
Kurang pengetahuan b/d penggunaan traksi

Setelah dilakukan
 tindakan asuhan
 keperawatan selama …. X24jam,
diharapkan
klien(keluarga) mengungkapkan pemahamannya tentang tujuan traksi
KH:
1.   anak dan/atau keluarga mengungkapkan pemahaman tentang tujuan traksi yang dibuktikan oleh pernyataan verbal dan kepatuhan pada program trapeutik


1.   jelaskan tujuan dan pentingnya traksi untuk menurunkan spasme otot, menurunkan dan menstabilkan fraktur atau dislokasi, mempertahankan kesejajaran, dan mengibolisasi extermitas
2.   dorong dan jawab semua pertanyaan dan kekhawatiran
1.   agar klien mengerti pentingnya traksi
2.   untuk mengatasi kecemasan klien
3
Nyeri b/d cedera fisik
Setelah dilakukan
 tindakan asuhan
 keperawatan selama …. X24jam,
diharapkan
klien tidak
 mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak
KH:
1.nyeri berkurang
2.ekspresi wajah tidak meringis kesakitan
3.anak tampak tenang
1.   gunakan strategi pengkajian nyeri,salah satu pendekatannya adalah QUESTT
2.   ajukan pertanyaan minta anak melokalisasi nyeri dengan menandai bagian tubuh pada gambar manusia, menunjuk area dengan 1 jari pada diri sendiri,boneka, mainan binatang, atau
“dimana mami atau papi akan memasang plester”
3.   lakukan strategi nonfarmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri
4.   bantu/minta orangtua membantu anak dengan menggunakan strategi selama nyeri actual
5.   rencanakan untuk memberikan analgesic yang ditentukan sebelum prosedur
6.   hindari pernyataan seperti “ini obat yang cukup untuk menghilangkan nyeri sipa pun”atau “mulai sekarang kamu tidak memerlukan lagi obat nyeri yang banyak”
1.   karena strategi yang berbeda memberikan informasi kualitatif dan
kuantitatif tentang
 nyeri.
2.   Karena anak sesuai toddler atau anak yang mempunyai kesulitan memahami  skala nyeri biasanya dapat melokalisasi nyeri pada gambar atau pada tubuh mereka
3.   Karena tehnik-tehnik seperti relaksasi,pernapasan berirama,dan distraksi dapat membuat nyeridapat lebih ditoleransi
4.   Karena pelatihan mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan yang diperlukan
5.   Sehingga efek puncaknya tepat dengan kejadian nyeri
6.   Karen pernyataan ini menunjukan penilaian dan sikap yang meremehkan
4
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b/d imobilitas,alat traksi

Setelah dilakukan
 tindakan asuhan
 keperawatan selama …. X24jam,
diharapkan
klien tidak
 mengalami kerusakan kulit
KH:
1.Kulit tampak bersih dan utuh tampa bukti-bukti iritasi
1.   Berikan matras penurun tekanan dibawah pinggul dan pinggang
2.   Lakukan pemeriksaan kulit tubuh  total untuk adanya kemerahan atau kerusakan
3.   Basuh dan keringkan kulit sedikitnya setiap hari
4.   Masase dengan perlahan diatas area tekanan
5.   Ubah posisi sedikitnya setiap 2 jam
6.   Periksa adanya objek kecil(mis: mainan,makanan) dibawah anak
1.   Menghindarkan dari cidra
2.   Untuk mencegah keterlambatan itasi kulitpengobatan
3.   Untuk merangsang sirkulasi dan mejaga kulit tetap bersih
4.   Untuk merangsang sirkulasi
5.   Untuk mengurangi tekanan
6.   Karna dapat menyebabkan ir
5
Kerusakan mobilitas fisik (uraikan tingkatan)  yang b/d kerusakan musculoskeletal

Setelah dilakukan
 tindakan asuhan
 keperawatan selama …. X24jam,
diharapkan
klien mempertahankan fungsi otot dan sendi yang tidak sakit
KH:
1.   Sendi tetap fleksibel dan otot mempertahankan tonusnya
1.   Berikan alat(mis:
 trapezeoverhead)  dan dorong anak dalam aktivitas untuk melatih otot dan sendi
1.   Untuk mempertahankan fungsi otot dan sendi
6
Takut b/d ketidak nyamanan, alat yang tidak dikenal

Setelah dilakukan
 tindakan asuhan
 keperawatan selama …. X24jam,
diharapkan
klien menunjukan tanda-tanda penurunan rasa takut dan pasien mengalami kenyamanan adekuat
KH:
1.Anak bekerjasama selama prosedur
2.Anak tetap tenang
3.Anak siap bermain dan berinteraksi
4.Anak tidak menunjukkan tanda-tanda ketidak nyamanan
1.   Jelaskan tentang alat traksi pada anak dan keluarga
2.   Jelaskan pada anak tentang askep yang akan diberikan kepada anak
3.   Tentukan dengan anak cara untuk berpartisipasidalam perawatan sendiri
4.   Pastikan bahwa anak tau bagai mana cara memanggil atau meminta bantuaan
5.   Berikan keyakinan bahwa anak tidak akan dibiarkan tidak berdaya sama sekali
6.   Minta keluarga untuk membawakan mainan kesukaan anak dan/atau objek yang member rasa nyaman pada anak
7.   Gunakan bantalan,bantal,dan guling untuk memberikan posisi
8.   Sentuh dan bicara pada anak
1.   Untuk menurunkan rasa takut/ansietas dan meningkatkan kerjasama
2.   Sehingga anak mengetahui apa yang akan terjadi
3.   Untuk memberikan anak beberapa tindakan control
4.   Agar anak tau cara meminta bantuan
5.   Untuk menyakinkan anak bahwa dia tidak dibiarkan sendiri
6.   Agar anak merasa tidak kesepian
7.   Untuk memberikan rasa nyaman
8.   Untuk memberikan rasa nyaman ketika anak tidak dapat digendong

7
Kurang perawatan diri : mandi/hygiene, makan, berpakaian/berdandan,dan toileting, b/d kerusakan mobilitas


Setelah dilakukan
 tindakan asuhan
 keperawatan selama …. X24jam,
diharapkan
klien melakukan aktivitas bantuan mandiri dank lien menunjukan pola eliminasi normal
KH:
1.Anak membantu aktivitas mandiri
2.Eliminasi terjadi dengan kesulitan minimum
3.Anak megalami defekasi reguler
1.   Biarkan anak merencanakan sendiri rutinitas harianya
2.   Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan(mis: memandikan bagian-bagian yg tdk dpt dijangkau, membuat makanan yg mudah untuk dimakan tanpa bantuan,memberikan bantuan untuk berdandan)
3.   Tentukan kata-kata anak untuk eliminasi
4.   Berikan privasi
5.   Periksa frekuensi dan konsistensi defekasi
6.   Sesuaikan masukan cairan dan makanan berdasarkan defekasi



1.   Untuk meningkatkan rasa control
2.   Untuk membantu melakukan aktivitas
3.   Sehingga ia mendapatkan bantuan bila diperlukan
4.   Perlu untuk eliminasi
5.   Untuk mencegah kelambatan dalam kuonstipasi
6.   Untuk konstipasi

























Tidak ada komentar:

Posting Komentar

gabung yuk