MAKALAH
“TUMOR
MEDULA SPINALIS”
OLEH
TK II.B
RUSMAN IRFANDI
032001 D 10089
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
DINAS KESEHATAN
AKADEMI PERAWAT KESEHATAN
2011/2012
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah Tuhan Semesta Alam, yang amat
jelas bukti kebenaranNya, Maha Tinggi KemulianNya dan Maha Agung KedudukanNya
yang telah melimpahkan rahmat dan KaruniaNya kepada kita semua sehingga makalah
yang berjudul “Tumor Medula Spinalis” dapat selesai dengan baik.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian makalah ini. Pada awalnya makalah ini kami
buat berjuta harapan agar nantinya makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya. Maka dari itulah, pada akhirnya Makalah ini kami selesaikan.
Kami sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
mengenai isi dalam pembahasan maupun dari segi sistematika penulisannya. Untuk
itu kami selalu mengharapkan suatu kritik dan saran yang dapat menjadikan bahan
pertimbangan untuk memperbaiki makalah ini.
Sakra, Februari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
I.
Konsep Penyakit
II.
Asuhan Keperawatan
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tumor Medula Spinalis adalah massa dari pertumbuhan
jaringan yang baru di dalam medula spinalis, bisa bersifat jinak (benigna)
atau ganas (maligna).
Tumor yang berasal dari medula spinalis disebut tumor primer, sedangkan
tumor yang berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya disebut tumor
sekunder.
Tumor medula spinalis lebih jarang ditemukan dan jarang terjadi pada anak-anak.
Hanya sekitar 10% tumor medula spinalis primer yang berasal dari sel-sel saraf
di dalam medula spinalis.
Duapertiga merupakan meningioma (berasal dari sel-sel meningen
yang melapisi otak dan medula spinalis) dan schwannoma (berasal dari sel Schwann,
yang membungkus persarafan); keduanya adalah tumor jinak.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana konsep penyakit tumor
medul spinalis
2. Bagaimana bentuk asuhan
keperawatan pada klien dengan penyakit tumor medulla spinlis
C. Tujuan
1. agar mahasiswa dapat memahmi dan
mampu menjelaskan tentang konsep penyakit tumor medulla spinalis.
2. mahasiswa dapat memahami bentuk
asuhan keperawatan padaa klien dengan penyakit tumor medula spinalis.
3. mampu menerapkan asuhan
keperaawatan pada klien tumor medula spinalis pada saat praktek lapangan.
BAB II
PEMBAHASAN
Asuhan Keperawatan
TUMOR
MEDULA SPINALIS
I. KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI
Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau isinya dan
biasanya menimbulkan gejala-gejala karena keterlibatan medula spinalis atau
akar-akar saraf. (Price sylvia anderson, 1995)
B. KLASIFIKASI
a. Tumor Intradural
Berbeda dengan tumor ekstradural, tumor
intradural pada umumnya jinak.
- Tumor Ekstramedular
- Tumor Ekstramedular
Terletak diantara durameter dan medula
spinalis, sebagian besar tumor di daerah ini merupakan neurofibroma atau
meningioma jinak
- Tumor Intramedular
b.
Tumor
Ekstradural
-
Tumor
ekstradural terutama merupakan metastase dari lesi primer di payudara, prostat,
tiroid, paru-paru, ginjal, dan lambung.
-
Tumor ekstradural pada umumnya berasal dari
kolumna vertebralis atau dari dalam ruangan ekstradural. Neoplasma
ekstradural dalam ruangan ekstradural biasanya karsinoma dan limfoma metastase.
C. GEJALA
Tumor medula
spinalis biasanya menyebabkan gejala karena menekan saraf-saraf. Penekanan pada
akar saraf (bagian saraf yang keluar dari medula spinalis) bisa
menyebabkan nyeri, mati rasa, kesemutan dan kelemahan.
Penekanan
pada medula spinalisnya sendiri bisa menyebabkan kekakuan, kelemahan, gangguan
koordinasi dan berkurangnya rasa atau rasa yang abnormal.
Tumor juga
bisa menyebabkan kesulitan berkemih, hilangnya pengendalian terhadap kandung
kemih atau sembelit.
D. MANIFESTASI KLINIK
a. Tumor ekstradural
- Nyeri
yang digambarkan sebagai konstan dan terbatas pada daerah tumor diikuti oleh
nyeri yang menjalar menurut pola dermatom
- Nyeri
paling hebat pada malam hari dan menjadi lebih hebat oleh gerakan tulang belakang
dan istirahat baring
- Nyeri
radikuler diperberat oleh batuk dan mengedan
- Nyeri
dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan sebelum keterlibatan medula
spinalis.
- Fungsi
medula spinalis akan hilang sama sekali
- Kelemahan
spastik dan hilangnya sensasi getar
- Gangguan
buang air besar dan buang air kecil
b. Tumor intradural
Perjalanan
klinis dapat lebih lambat dan berlangsung selama berbulan-bulan.
- Berkurangnya persepsi nyeri dan suhu kontralateral
dibawah tingkat lesi
- Penderita
mengeluh nyeri, mula mula pada punggung dan kemudian
sepanjang akar-akar spinal
- Nyeri
diperhebat oleh gerakan, batuk, bersin, atau mengedan dan paling berat pada
malam hari ( nyeri pada malam hari disebabkan oleh traksi pada akar-akar yang
sakit, yaitu sewaktu tulang belakang memanjang setelah hilangnya efek
pemendekan dari gravitasi.
- Parestesia dan berlanjutnya defisit
sensorik proprioseptif
E. ETIOLOGI
Faktor Resiko tumor dapat
terjadi pada setiap kelompok Ras, insiden meningkat seiring dengan pertambahan
usia, faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan zat kimia tertentu
(Okrionitil, tinta, pelarut, minyak pelumas), namun hal tersebut belum bisa
dipastikan. Pengaruh genetik berperan serta dalam tibulnya tumor, penyakit
sklerosis TB dan penyakit neurofibomatosis.
F. PATOFISIOLOGI
Kondisi
patofisiologi akibat tumor medula spinalis disebabkan oleh kerusakan dan
infiltrasi, pergeseran dan dekompresi medula spinalis dan terhentinya suplai
darah atau cairan serebrospinal. Derajad gejala tergantung dari tingkat
dekompresi dan kecepatan perkembangan, adaptasi bisa terjadi dengan tumor yang tumbuh
lamban, 85 % tumor medula spinalis jinak.
Terutama
tumor neoplasma baik yang timbul ekstramedula atau intra medula. Tumor sekunder
atau tumor metastase dapat juga mengganggu medula spinalis dan lapisannya serta
ruas tulang belakang
Tumor
ekstramedular dari tepi tumor intramedural pada awalnya menyebabkan nyeri akar
sarat subyektif. Dengan pertumbuhan tumor bisa muncul defisit motorik dan
sensorik yang berhubungan dengan tingkat akar dan medula spinalis yang
terserang. Karena tumor membesar terjadilah penekanan pada medula spinalis.
Sejalan dengan itu pasien kehilangan fungsi semua motor dan sensori dibawah
lesi/tumor
Tumor medula
spinalis, yang dimulai dari medula spinalis, sering menimbulkan gejala seperti
pada sentral medula spinalis, termasuk hilang rasa nyeri segmental dan fungsi
temperatur. Tambahan pula fungsi sel-sel tanduk anterior seringkali hilang,
terutama pada tangan. Seluruh jalur sentral yang dekat benda kelabu menjadi
disfungsi. Hilangnya rasanyeri dan sensori suhu dan kelemahan motorik berlangsung
sedikit demi sedikit, bertambah berat dan menurun. Motorik cauda dan fungsi
sensorik yang terakhir akan hilang, termasuk hilang fungsi eliminasi fecal dan
urine. (Long C, Barbara, 1996)
G. PENATALAKSANAAN
Stabilisasi : fusi spinal
Pengobatan : relaksan otot,
transquilizer, anti koagulan, laksatif, antasida dan steroid.
a. Tumor Ekstradural
a. Tumor Ekstradural
- Laminektomie
- Hormon, radiasi dan kemoterapi merupakan
pengobatan tambahan
b. Tumor Intraduralð
- Pengangkatan dengan pembedahan
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik secara umum dapat dilakukan
:
-
Pemeriksaan
sinar X
-
CT. Scan
-
MRI
-
Analisa Gas Darah
-
Elektrolit
a. Tumor Ekstradural
- Radiogram
tulang belakang
Akan memperlihatkan
osteoporosis atau kerusakan nyata pada korpus vertebra dan pedikel
- Myelogram
Memastikan lokalisasi tumor
- Pemeriksaan LCS
b. Tumor Intradural
- Radiogram
tulang punggung memperlihatkan pembesaran foramen dan penipisan pedikel yang
berdekatan
- Myelogram
Menentukan lokalisasi yang
cepat
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin,
status perkawinan, alamat,
golongan darah, penghasilan
b. Riwayat
kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu, riwayat tumor pada keluarga, penyakit yang
mendahului seperti sklerosis TB dan penyakit neurofibromatosis, kapan gejala
mulai timbul
c.
Aktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi, ataksia, masalah
dalam keseimbangan, perubaan pola istirahat, adanya faktor faktor yang
mempengaruhi tidur seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan
latihan
d. Sirkulasi,
Gejala : nyeri punggung pada saat beraktivitas. Kebiasaan : perubahan pada
tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung.
e.
Integritas Ego, Gejala : faktor stres, perubahan tingkah laku atau kepribadian,
Tanda : cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan
impulsif.
f. Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus
mengalami gangguan fungsi.
g. Makanan
/ cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan sklera.
Tanda : muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar,
disfagia)
h.
Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan
pendengaran, tingling dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan
penghidu. Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental,
perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan mengikuti, kehilangan
penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak seimbang, reflek
tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi, kejang, sensitiv terhadap
gerakan
i. Nyeri
/ Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan biasanya
lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan nyeri yang
hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur.
j.
Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea,
potensial obstruksi.
k. Hormonal
: Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus.
l. Sistem
Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan
m. Keamanan
, Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan sinar matahari
berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
n.
Seksualitas, Gejala: masalah pada seksual (dampak pada hubungan, perubahan
tingkat kepuasan)
o.
Interaksi sosial : ketidakadekuatan sistem pendukung, riwayat perkawinan
(kepuasan rumah tangga, dukungan), fungsi peran.
( Doenges, 2000 )
( Doenges, 2000 )
B. Masalah keperawatan
- Kelumpuhan
- Gangguan sensibilitas
- Gangguan nafas/kelumpuhan diafragma
untuk tumor servical tinggi
- Gangguan sistem cerna
- Gangguan sistem cerna
- Kesukaran dalam buang air besar dan
buang air kecil
- Perawatan khusus rehabilitasi bagi penderita instabilitas tulang punggung
- Perawatan khusus rehabilitasi bagi penderita instabilitas tulang punggung
C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri
(akut) / kronis b.d agen pencedera fisik, kompresi saraf,ditandai dengan :
menyatakan nyeri oleh karena perubahan posisi, nyeri, pucat sekitar wajah,
perilaku berhati hati, gelisah condong keposisi sakit, penurunan terhadap
toleransi aktivitas, penyempitan fokus pada diri sendiri, wajah menahan nyeri,
perubahan pola tidur, menarik diri secara fisik
2. Defisit
perawatan diri : higiene, makan toileting dan mobilitas yang b. d gangguan
neurofisiologis.
3. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan
resepsi sensoris, transmisi dan atau integrasi ( trauma atau defisit neurologis
), ditandai dengan disorientasi, perubaan respon terhadap rangsang,
inkoordinasi motorik, perubahan pola komunikasi, distorsi auditorius dan
visual, penghidu, konsentrasi buruk, perubahan proses pikir, respon emosiaonal
berlebihan, perubahan pola perilaku
4. Gangguan
mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler ditandai dengan ketidakmampuan
untuk bergerak sesuai keinginan ; paralise, atrofi otot dan kontraktur.
5. Resiko
tinggi terhadap ketidakefektifan pola napas b.d kerusakan neurovaskuler,
kerusakan kognitif.
D. Intervensi
1. Nyeri (akut) / kronis b.d agen pencedera
fisik, kompresi saraf,ditandai dengan : menyatakan nyeri oleh karena perubahan
posisi, nyeri, pucat sekitar wajah, perilaku berhati hati, gelisah condong
keposisi sakit, penurunan terhadap toleransi aktivitas, penyempitan fokus pada
diri sendiri, wajah menahan nyeri, perubahan pola tidur, menarik diri secara
fisik
Kriteria hasil : pasien
melaporkan nyeri berkurang, menunjuKkan perilaku untuk mengurangi kekambuhan
atau nyeri
Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri
b.
Observasi keadaan nyeri nonverbal ( misal ; ekspresi wajah, gelisah, menangis,
menarik diri, diaforesis, perubaan frekuensi jantung, pernapasan dan tekanan
darah.
c. Anjurkan
untuk istirahat denn tenang
e. Lakukan
pemijatan pada daerah kepala / leher / lengan jika pasien dapat toleransi
terhadap sentuhan
f.
Sarankana pasien untuk menggnakan persyaratan positif “ saya sembuh “ atau “
saya suka hidup ini “
g. Berikan
analgetik / narkotik sesuai indikasi
h. Berikan
antiemetiksesuai indikasi
2. Defisit
perawatan diri : higiene, makan toileting dan mobilitas yang b. d gangguan
neurofisiologis.
Kriteria hasil : kebutuhan
perawatan diri pasien terpenuhi, kebutuhan nutrisi dan cairan terpenuhi,
kebutuhan eliminasi terpenuhi, kebutuhan higiene oral, muka terpenuhi, latihan
rentang gerak aktif dan psif dilakukan.
Intervensi :
Intervensi :
a. Kaji
tingkat kemampuan yang berhubungan dalam melakukan kebutuhan perawatan diri
b. Bantu
saat pasien makan sesuai kebutuhan
c. Lakukan
perawatan kateter setiap hari
d. Lakukan
higiene oral setiap hari
e. Lakukan
latihan rentang gerak pasif untuk ekstremitas
f. Bantu
dan ajarkan latihan pembentukan otot sesuai indikasi : boneka untuk latihan
memeras, bola karet.
g. Lakukan
perawatan kulit : gosok punggung
h. Berikan
higiene secara total sesuai indikasi
i. Berikan
bantuan nutrisi sesuai pesanan : konsulkan dengan ahli gizi untuk menetapkan
kebutuhan
j. Jelaskan
pentingnya perawatan diri.
3. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan
resepsi sensoris, transmisi dan atau integrasi ( trauma atau defisit neurologis
), ditandai dengan disorientasi, perubaan respon terhadap rangsang,
inkoordinasi motorik, perubahan pola komunikasi, distorsi auditorius dan
visual, penghidu, konsentrasi buruk, perubahan proses pikir, respon emosiaonal
berlebihan, perubahan pola perilaku
Kriteria hasil : pasien dapat dipertahanakan tingkat kesadaran dan fuingsi persepsinya, mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residu, mendemonstrasikan perubahan gaya hidup.
Kriteria hasil : pasien dapat dipertahanakan tingkat kesadaran dan fuingsi persepsinya, mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residu, mendemonstrasikan perubahan gaya hidup.
Intervensi :
a. Kaji
secar teratur perubahan orientasi, kemampuan bicara, afektif, sensoris dan
proses pikir
b. Kaji
kesadaran sensoris seperti respon sentuan , panas / dingin, benda tajam atau
tumpul, keadaran terhadap gerakan dan letak tubuh, perhatkian adanya masalah
penglihatan
c.
Observasi repon perilaku
d.
Hilangkan suara bising / stimulus ang berlebihan
e. Berikan
stimulus yang berlebihan seperti verbal, penghidu, taktil, pendengaran, hindari
isolasi secara fisik dan psikologis
Kolaborasi :
Kolaborasi :
f.
pemberian obat supositoria gna mempermudah proses BAB
g.
konsultasi dengan ahli fisioterapi / okupasi
4. Gangguan
mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler ditandai dengan ketidakmampuan
untuk bergerak sesuai keinginan ; paralise, atrofi otot dan kontraktur.
Kriteria hasil : mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur, footdrop, meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit / kompensasi, mendemonstrasikan tehnik / perilaku yang memungkinkan melakuakn kembali aktivitas
Kriteria hasil : mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur, footdrop, meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit / kompensasi, mendemonstrasikan tehnik / perilaku yang memungkinkan melakuakn kembali aktivitas
Intervensi :
a. Kaji rasa nyeri, kemerahan,
bengkak, ketegangan otot jari.
b. Berikan
suatu alat agar pasien mampu untuk meminta pertolongan , seperti : bel atau
lampu pemanggil
c. Bantu /
lakukan latihan ROM pada semua ekstremitas dan sendi, pakailah gerakan perlahan
dan lembut. Lakukan hiperekstensi pada paha secara teratur
d. Letakkan
tangan dalam posisi kedalam ( melipat )
e.
Tinggikan ekstremitas bawah beberapa saat sewaktu duduk atau angkat kaki
f. Buat
rencana aktivitas untuk pasin sehingga pasien dapat beristirahat tanpa terganggu
g. Berikan
posisi alih baring setiap 2 jam
h. Monitor
tanda-tanda vital
i. Konsultasikan
dengan ahli fisioterapi
5. Resiko
tinggi terhadap ketidakefektifan pola napas b.d kerusakan neurovaskuler,
kerusakan kognitif.
Kriteria hasil: pasien dapat dipertahanakan
pola nafas efektif, bebas sianosis, dengan GDA dan tanda-tanda vital dalam
batas normal, bunyi nafas jelas saat dilakukan auskultasi, tidak terdapat tanda
distress pernafasan
Intervensi :
Intervensi :
a. Kaji dan catat perubahan
frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
b. Auskultasi bunyi pernafasan
c. Angkat kepala tempat tidur
sesuai atuiran / posisi miring sesuai indikasi
d. Anjurkan utuk bernapas
dalam, jika pasien sadar
e. Kaji kemampuan dan kualitas
batuk
f. Monitor tanda-tanda vital
g. Waspada bahwa trakeostomie
mungkundilakukan bila ada indikasi
h. Lakukan
penghisapan lendir dengan hati hati jangan lebih dari 10 – 15 detik, catat
karakter warna, kekentalan dan kekeruhan sekret
i. Pantau
pengguanaan obat obatan depresan seperti sedatif
j. Berikan O2
sesuai indikasi
k. Lakukan
fisioterapi dada jika ada indikasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau isinya dan
biasanya menimbulkan gejala-gejala karena keterlibatan medula spinalis atau
akar-akar saraf.
Tumor
Medula Spinalis adalah massa dari pertumbuhan jaringan yang baru di dalam medula
spinalis, bisa bersifat jinak (benigna) atau ganas (maligna).
Tumor
medula spinalis biasanya menyebabkan gejala karena menekan saraf-saraf. Penekanan
pada akar saraf (bagian saraf yang keluar dari medula spinalis) bisa
menyebabkan nyeri, mati rasa, kesemutan dan kelemahan.
Penekanan
pada medula spinalisnya sendiri bisa menyebabkan kekakuan, kelemahan, gangguan
koordinasi dan berkurangnya rasa atau rasa yang abnormal.
Tumor juga
bisa menyebabkan kesulitan berkemih, hilangnya pengendalian terhadap kandung
kemih atau sembelit.
DARTAR PUSTAKA
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.Volume 3. Jakarta : EGC; 2002
Padmosantjojo, R.M, Keperawatan bedah saraf, bagian bedah saraf, FKUI, 2000
Brunner & Sudarth, 2003, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 3 , EGC, jakarta
Lynda Juall Carpenito, Alih bahasa Yasmin Asih, 1997, Diagnosa Keperawatan , ed 6, EGC, Jakarta
Marilyn E. Doenges, et al, 1997, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, jakarta
Sylvia A. Price, Alih bahasa Adji Dharma, 1995 Patofisiologi, konsep klinik proses- proses penyakit ed. 4, EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
gabung yuk