TUGAS
DOKUMENTASI
KEPERAWATAN
Kelompok I
1. SILANU SYAUQI RODLIANI
2.
RUSMAN IRFANDI
3.
NOMY ASYRIFA
4.
NOVIANTI ARDIANI HASNI
5.
SENAH
6.
RIA ERDIANTI
7.
RINIWATI
8.
RENDHY WIJAYA
9.
PATAHILAH
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
DINAS KESEHATAN
AKADEMI PERAWAT KESEHATAN
2011
KATA PENGANTAR
Bismiillah hirrahman nirrahim…
Alhamdillah puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua rahmat inayah dan hidayahnya
yang berupa kesehatan serta kesempatan, sehingga makalah tentang “ PENDOKUMENTASIAN
IMPLEMENTASI “ ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang telah
ditentukan.
Tak lupa pula shalawat
dan salam juga penulis sampaikan kepada nabi Muhammad SAW, keluarga dan para
sahabatnya, sebab melalui beliaulah kita berada dalam kesesatan lalu beralih
kepada petunjuk jalan yang lurus yang diridhai oleh Allah SWT.
Dalam penyusunan makalah
ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan atau dengan kata lain masih
jauh dari kesempurnaan, namun penulis menyadari bahwa kesempurnaan Cuma milik
Allah semata.
Akhirnya semoga makalah ini bisa
membawa manfaat dan berguna bagi penulis khususnya dan semua pembaca umumnya
amin ya rabhal alamin.
Sakra 1
september 2011
Penulis
Kelompok V
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR
ISI.....................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................................
1. Latar Belakang.....................................................................................................
1.1 Pengumpulan Data............................................................................................
1.2
Pengelompokan Data.........................................................................................
2.
Tujuan...................................................................................................................
Pengkajian ..............................................................................................................
Pemeriksaan
fisik ....................................................................................................
Pemeriksaan
diagnostik .........................................................................................
Diagnose
keperawatan ............................................................................................
intervensi...................................................................................................................
Daftar
pustaka.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan
pelayanan professional dari pelayanan yang tersedia selama 24 jam secara
berkelanjutan selama masa perawatan pasien. Dengan demikian, pelayanan
keperawatan memegang peranan penting dalam upaya menjaga dan meningkatkan
kualitas pelayanan di rumah sakit dan puskesmas.
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses
keperawatan. Diperlukan penkajian yang cermat untuk mengenal masalah pasien,
agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap
pengkajian.
Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu:
1 pengumpulan data
2 pengelompokan data
3 perumusan diagnosis keperawatan.
1.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan
dalam menghimpun informasi (data-data) dari pasien, yagn meliputi unsung
biopsikososial spiritual yang komperhensif. Untuk mendapatkan data-data yang
lengkap dan relevan, perawat membutuhkan dasar yang kuat dari berbagai dsiplin
ilmu.
Data dapat dikelompokkan dari berbagai sumber. Sumber data
yang utama adalah pasien. Data-data tambahan yang diperlukan dapat diperoleh
dari sumber lain, misalnya;
1 keluarga dan orag
lain yang mengennal pasien;
2 tenaga kesehatan
seperti dokter, perkerja sosial fisioterapi, tenaga perawat, dll
(3) catatan-catatan yang dibuat oleh tenaga-tenaga kesehatan
yang tercatat dalam dokumen
medis pasien;
(4) hasil-hasil pemeriksaan.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk megumpulkan data,
yakni;
observasi, wawancara,dan pemeriksaan.
1.2 Pengelompokkan Data
Data-data yang dikumpulkan
selanjutnya dikelompokkan.beberapa cara
untuk mengelompokkan data; masing-masing perawat dapat
memilih cara terbaik.
Salah satu cara adalah teori Abraham Maslow yang berpendapat
bahwa semua manusia mempuyai kebutuhan dasar umum yang terdiri dari beberapa
tingkatan, dimana tingkatan kebutuhan dasar fisik harus terpenuhi lebih dahulu
sebeum kebutuhan tinggkat yang lebih tinggi. Misalnya kebutuhan dasar akan
makan, cairan, dan oksigen harus dipenuhi terlabih dahulu atau
sekurang-kurangnya sebagian terpenuhi, agar kehidupan dapat terus berlanjut.
1.3 Perumusan Diagnosis Keperawatan
Tahap akhir dari pengkajian adalah
merumuskan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawaan merupakan suatu
pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan pasien, yang dapat diatasi
degan tindakan keperawataan. Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan
aalisis dan interpretasi data yang diperoleh melalui pengkajian ata. Diagnosis
keperawatan memberi gambaran tentang masalah kesehatan pasien yang nyata
ataupun potensial, dan pemecahannya masih dalan wewenang perawat.
Setelah semua tahapan pengkajian dilakukan baru semua itu
dimasukkan dalan suatu dokumentsi pengkajian. Hal ini dilakukan agar
mempermudah tahapan selanjutnya dari proses keperawatan seperti penentuan
diagnosis keperawataan. Pendokumentasian dari pengkajian juga dapat memberikan
data- data yang akurat sehingga dapat mempermudah dalam proses implementasi
keperawatan.
Dokumentasi keperawatan tidak hanya merupakan dokumen sah
tapi juga instrument untuk melindungi para pasien dan perawat secara sah, oleh
karena itu perawat diharapkan dapat bekerja sesuai dengan standar professional.
- Tujuan
Penulisan makalah ini ditujukan
untuk pemenuhan tuntutan akademik sebagai tugas penulisan makalah. Selain itu
penulisan makalah ini ditujukan untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan
tentang dokumentasi pengkajian. Sementara itu tujuan dari dokumentasi itu
sendiri adalah:
1. Sebagai sarana komunikasi pasien dan perawat.
2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat.
3. Sebagai informasi statistik.
4. Sebagai sarana pendidikan.
5. Sebagai sumber data penelitian.
6. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan.
7. Sebagai sumber data perencanaan asuhan keperawatan berkelanjutan.
4. Sebagai sarana pendidikan.
5. Sebagai sumber data penelitian.
6. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan.
7. Sebagai sumber data perencanaan asuhan keperawatan berkelanjutan.
3. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan dokumentasi keperawatan?
2. Apa yang dimaksud dengan pengkajian keperawatan?
3. Apa yang dimaksud dengan dokumentasi pengkajian?
4. Apa-apa saja unsur dari dokumentasi pengkajian?
2. Apa yang dimaksud dengan pengkajian keperawatan?
3. Apa yang dimaksud dengan dokumentasi pengkajian?
4. Apa-apa saja unsur dari dokumentasi pengkajian?
\
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Dokumentasi pengkajian keperawatan
Secara historis, perawat telah
meyakini bahwa makin banyak informasi yang dicatat seorang perawat, makin baik
pembelaan hukumnya bila ada gugatan hokum. Namun sekarang ini, perawat mengenal
bahwa sistem dokumentasi yang efisien, komprehensif dapat mendokumentasikan
lebih banyak data dalam waktu dan temapt yang lebih sedikit. Dokumentasi
keperawatan harus objektif dan komprehensif dan harus secara akurat
mencerminkan status klien dan apa yang telah terjadi padanya. Bila ada gugatan,
catatan keperawatan harus menggambarkan apa yang ditulis oleh perawat secara
teliti dan harus menunjukkan bahwa hal tersebut telah sesuai dengan kebijakan
institusi.
Sayangnya, kebanyakan rumah sakit dan institusi lain tidak
menelaah dengan serius apa sebenarnya diperlukan dalam dokumentasi. Banyak
perawat telah diajarkan untuk menulis sebanyak mungkin, dan melaksanakannya
sesuai dengan yang telah diajarkan, “Jika tidak dicatat, berarti tidak
dilakukan.” Apakah pencatatan yang buruk menunjukkan perawatan yang buruk?
Bersamaan dengan pertanyaan ini timbul pertanyaan lain : seperti apakah
pencatatan yang buruk itu? Dengan standar apa pencatatan itu dinilai buruk?
Bila departemen keperawatan tidak membuat kebijakan spesifik
untuk pencatatan, maka pencatatan tersebut dapat diambil dari standar
departemen keperawatan lain atau dari kesaksian lain. Hukum kasus tidak
menentukan standar untuk dokumentasi keperawatan tetapi lebih pada memberikan
penilaian yang berkenaan dengan kepatuhan terhadap standar.
Dokumentasi keperawatan merupakan
bagian dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang memilliki nilai hukum yang sangat penting. Tanpa dokumentasi
keperawatan maka semua implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan oleh
perawat tidak mempunyai makna dalam hal tanggung jawab dan tanggung gugat.
Dokumentasi keperawatan dapat dikatakan sebagai “pegangan” bagi perawat dalam
mempertanggungjawabkan dan membuktikan pekerjaannya. Oleh karena
itu ada berbagai aturan dan kaidah yang harus ditaati oleh setiap perawat dalam
melakukan pendokumentasian keperawatan.
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti otentik yang
dituliskan dalam format yang telah disediakan dan harus disertai dengan pemberian
“tanda tangan” dan nama perawat serta harus menyatu dengan status / rekam medik
pasien. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien, setiap langkah dari
proses keperawtan memerlukan pendokumentasian mulai dari tahap pengkajian,
penentuan diagnose keperawatan, intervensi , implementasi dan evaluasi
keperawatan harus didokumentasikan. Pada makalah ini akan dibahas tentang
dokumentasi pengkajian keperawatan.
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.
ng dan dapat pula mengindikasikan diperlukannya intervensi
tambahan.
Dokumentasi keperawatan mempunyai dua tujuan
profesional-administratif dan
Tujuan administrative adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendifinisikan fokus keperawatan bagi klien atau
kelompok.
2. Untuk membedakan tanggung gugat perawat dari tanggung
gugat tim
pelayanan
kesehatan lain.
3. Untuk memberikan kriteria penelaahan dan pengevaluasian
asuhan (perbaikan
kualitas).
4. Untuk memberikan kriteria klasifikasi pasien.
5. Untuk memberikan justifikasi terhadap reimbursemen
6. Untuk memberikan data untuk tinjauan administratife dan legal.
7. Untuk memenuhi persyaratan hukum, akreditasi, dan prifesional.
4. Untuk memberikan kriteria klasifikasi pasien.
5. Untuk memberikan justifikasi terhadap reimbursemen
6. Untuk memberikan data untuk tinjauan administratife dan legal.
7. Untuk memenuhi persyaratan hukum, akreditasi, dan prifesional.
Sistem dokumentasi keperawatan
mempunyai beberapa komponen. Sebagian besar komponen terutama memfokuskan pada
pendokumentasian hal-hal berikut :
1. Pengkajian
2. Perencanaan
3. Implementasi
4. Evaluasi
2. Perencanaan
3. Implementasi
4. Evaluasi
2. Tujuan Pengkajian Keperawatan
Tujuan umum dari pengkajian yaitu;
- Mengumpulkan data yang berhubungan dengan pasien untuk menegakan diagnosa keperawatan, kekuatan (kemampuan) pasien dan -rencana yang efektif dalam perawatan pasien.
- Tujuan khusus dari pengkajian yaitu dapat digunakan sebagai :
- Informasi utama (inti) bagi pasien dan keluarga
- Dasar menentukan diagnosa keperawatan
- Sumber informasi yang dapat membantu mendiagnosa masalah yang baru
- muncul
- Mendukung keputusan klinis agar tercapai tujuan dan tindakan yang sesuai
- Dasar menentukan kebutuhan pasien, keluarga dan pengasuh pasien
- Dasar menentukan kebutuhan pasien jika pulang
- Dasar pemilihan perawatan dan penentuan biaya perawatan
- Memproteksi hak-hak legal
- Komponen sistem pelayanan pasien ( dapat untuk menetukan kebutuhan
- staf perawatan, biaya perawatan pasien, dll)
- Untuk mengindentifikasi kebutuhan dan respons klien yang unik terhadap masalah-masalah dan akan ditegakkan menjadi diagnosis keperawatan yang mempengaruhi rencana intervensi keperawatan yang diperlukan
- Untuk menggabungkan dan mengorganisasi data dan beberapa sumber yang dikumpulkan menjadi satu sehingga masalah kesehatan klien dapat dianalisis dan diidentifikasi
- Untuk meyakinkan garis dasar informasi yang ada dan untuk bertindak sebagai poin refernesi dalam mengukur perubahan yang terjadi pada kondisi kesehatan klien.
- Untuk mengidentifiaksi karakteristik sesuai respons dan kondisi kesehatan klien yang akan mempengaruhi rencana dan pemberian intervensi keperawatan.
- Untuk menyuplai data yang cukup guna memberikan intervensi
- keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan klien.
- Untuk memberikan dasar guna penulisan rencana asuhan keperawatan
- yang efektif.
Prioritas pengumpulan data ditentukan oleh oleh kondisi pasien
secara cepat atau kebutuhan pasien. Dalam menentukan siapa yang harus dikaji
perawat harus mencatat :
kebutuhan- kebutuhan perawatan kesehatan pasien, masalah dan
keluhan
pasien
potensial komplikasi pada pasien baik fisik ataupun
psikologis
kebutuhan pembelajaran pasien dan keluarga
hubungan keluarga, kemapuan pengasuh dan kemauan memberi
perawatan
pada pasien
sumber-sumber yang dimiliki pasien dan keluarga
faktor-faktor yang berhubungan dengan perencanaan pasien
pulang untuk pengkajian semua hal diatas , masing-masing institusi ( rumah
sakit ) berbeda-beda.
Ada
2 komponen yang harus selalu ada dalam pengkajian yaitu :
1. Data Dasar Riwayat Perawatan Pasien
Mengumpulkan informasi tentang status kesehatan pasien.
Riwayat kesehatan pasien, coping sebelum sakit ( karena adanya perubahan
perawatan diri dan perubahan gaya
hidup).
Isi pengkajian riwayat perawatan pasien, umumnya terdiri
dari :
$hospitalisasi yang lalu
riwayat operasi
masalah kesehatan yang lalu dan sekarang
alergi
rivew sistem untuk mengidentifikasi: masalah, kebutuhan
pembelajaran,
pengkajian psikososial
keterbatasan fungsi, kemampuan untuk dibantu atau aktivitas
kebutuhan
sehari-hari yang mampu dilakukan mandiri
perubahan gaya
hidup akibat sakit yang dideritanya atau terapi yang
dijalaninya
pemakaian alkohol, tembakau/ rokok,obat-batan sebelumnya
persepsi akan sakitnya
informasi tentang perawatan dan yang merawat dirumah\
harapan akan terapi dan perawatan medis / keperawatan yang
sedang
dijalaninya
persepsi pasien akan keterlibatan dirinya dan tanggung jawab
dalam
perawatannya.
Data diatas tersebut dapat digolongkan dalam data obyektif
& subyektif
- Pengkajian Fisik
Ditulis terpisah
Format bias dalam bentuk : head to toe atau per sistem
Terkadang menggunakan gambar ( tampakan depan & belakang
) untuk
memudahkan
Tulis hah-hal yang baik / buruk yang ditemukan selama
pengkajian namun hindari penulisan dengan cara : normal, abnormal, baik, buruk
memuaskan.
3. Model keperawatan dalam pengkajian
a. Gordon (1982) : Pola Kesehatan Fungsional
1. Pola penatalaksanaan kesehatan /
persepsi sehat
a. Pola sehat – sejahtera yang
dirasakan
b. Pengetahuan tentang gaya hidup
dan berhubungan dengan sehat
c. Pengetahuan tentang praktik
kesehatan preventif
d. Ketaatan pada ketentuan media
dan keperawatan
2. Pola nutrisi – metabolik
a. Pola makan biasa dan masukan
cairan
b. Tipe makanan dan cairan
c. Peningkatan / penurunan berat
badan
d. Nafsu makan, pilihan makanan
3. Pola eliminasi
a. Defekasi, berkemih
b. Penggunaan alat bantu
c. Penggunaan obat-obatan
4. Pola aktivitas – latihan
a. Pola aktivitas, latihan dan
rekreasi
b. Kemampuan
untuk mengusahakan
aktivitas sehari- hari (merawat diri, bekerja, dll)
5. Pola tidur dan istirahat
a. Pola tidur – istirahat dalam 24 jam
b. Kualitas dan kuantitas tidur
6. Pola kognitif – perseptual –kekuatan alat sensori
a. Penglihatan, perasa, pembau
b. Kemampuan bahasa, belajar, ingatan dan pembuatankeputusan
7. Pola persepsi-konsep diri
a. Sikap klien mengenai dirinya
a. Sikap klien mengenai dirinya
b. Persepsi klien tentang kemampuannya
c. Pola emosional
d. Citra diri, identitas diri, ideal diri, harga diri dan
peran diri
8. Pola peran dan tanggung jawab
a. Persepsi klien tantang pola hubungan
b. Persepsi klien tentang peran dan tanggung jawab
9. Pola seksual – reproduksi
a. Kepuasan dan ketidakpuasan yang dirasakan klien terhadap seksualitasnya
b. Tahap dan pola reproduksi
b. Tahap dan pola reproduksi
10. Pola koping dan toleransi stress
a. Kemampuan mengendalian stress
a. Kemampuan mengendalian stress
b. Sumber pendukung
11. Pola nilai dan keyakinan
a. Nilai, tujuan dan keyakinan
b. Spiritual
c. Konflik
b.Model roy`s (1984) : Model adaptasi :
1.
Kebutuhan fisiologik
a. Aktivitas dan istirahat
Pengkajian fokus tertentu-seperti
tanda-tanda vital, fungsi usus dan kandung kemih, serta status
nutrisi-dilakukan pada setiap shift untuk setiap klien. (Appendiks I
menunjukkan rencana perawatan generic untuk semua orang dewasa yang dirawat di
rumah sakit yang meliputi pengkajian fokus rutin ini). Perawat menentukan
kebutuhan untuk pengkajian fokus tambahan yang didasarkan pada kondisi klien.
Sebagai contoh, pada klien pasca-operasi, perawat mengkaji dan memantau luka
operasi terapi IV.
Setiap rencana perawatan di Unit II dari buku ini berisi
criteria pengkajian fokus spesifik untuk setiap diagnose keperawatan yang
disajikan. Criteria ini mengarahkan perawat untuk mengumpulkan data tambahan
yang spesifik untuk klien tersebut setelah ditetapkan diagnose awal. Data
tambahan ini dapat ditambahkan pada pernyataan diagnose keperawatan sebagai
factor penunjang.
- Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah
pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk
menentuan masalah-masalah, serta kebutuhan- kebutuhan keperawatan dan kesehatan
klien.
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses
keperawatan. Dari informasi yang terumpul, didapatkan data dasar tentang
masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunaan
untuk menentuan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta
tindaan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.
Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit
(initial assessment), selama klien dirawat secara terus-menerus (ongoing
assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah / melengkapi data
(re-assessment).
a) Karakteristik data
1. Lengkap
Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah
keperawatan klien. Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi
masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan
— kaji secara mendalam kenapa klien tidak mau makan (tidak
cocok makanannya, kondisi fisiknya menolak untuk makan/patologis, atau sebab-
sebab yang lain)
2. Akurat dan nyata
Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir
secara akurat dan nyata untuk membuktikan benar-tidaknya apa yang telah
didengar, diliha, diamati dan diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi
terhadap semua data yang sekiranya meragukan. Perawat tidak boleh langsung
membuat kesimpulan tentang suatu kondisi klien. Misalnya, klien tidak mau
makan. Perawat tidak boleh langsung menuliskan : `klien tidak mau makan karena
depresi berat`. Diperlukan penyelidikan lanjutan untuk menetapkan kondisi
klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian.
3. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya memerlukan banyak
sekali data yang harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu perawat untuk
mengidentifikasi.
b) Sumber data
1. Sumber data Primer
Sumber data primer adalah data-data
yang dikumpulkan dari klien, yang dapat memberikan informasi yang lengap
tentang masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapinya.
2. Sumber data Sekunder
Sumber data sekunder adalah
data-data yang diumpulkan dari orang terdekat klien (keluarga), seperti orang
tua, saudara, atau pihak lain yang mengerti dan dekat dengan klien
3. Sumber data lainnya
Catatan klien (perawatan atau rekam
medis klien) yang merupakan
riwayat penyakit dan perawatan klien di masa lalu.
Secara umum, sumber data yang dapat digunakan dalam
pengumpulan data adalah
1.Klien sendiri sebagai sumber data utama (primer)
2.Orang terdekat
3.Catatan klien
4.Riwayat penyakit (pemeriksaan fisik dan catatan
perkembangan)
5.Konsultasi
6.Hasil pemeriksaan diagnostik
7.Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya
8.Perawat lain
9.Kepustakaan
4. Jenis
data
Data subjektif adalah persepsi klien tentang masalah kesehatan
mereka. Hanya klien yang dapat memberikan informasi seperti ini. Sebagai
contoh, adanya ras nyeri merupakan temuan subjektif. Hanya klien yang dapat
memberikan informasi tentang frekuensi, durasi, lokasi, dan intensitas
nyerinya. Data subjektif biasanya mencakup perasaan ansietas, ketidaknyamanan
fisik, atau stres mental. Meskipun hanya klien yang dapat memberikan data
subjektif yang relevan terhadap perasaan ini, perawat harus waspada bahwa
masalah ini dapat terjadi pada perubahan fisologis, yang teridentifikasi
melalui pengumpulan data.
Data objektif adalah pengamatan atau perngukuran yang dibuat oleh
pengumpul data. Pengkajian darah klien dan identifikasi ukuran ruam tubuh
setempat adalah contoh data objektif yang teramati. Pengukuran data objektif
didasarkan pada standar yang diterima, seperti ukuran Fahrenheit atau celcius
pada thermometer, atau sentimeter pada pita pengukuran. Suhu tubuh dan lingkar
kepala adalah contoh dari data objektif yang dapat diukur.
5. Sumber-sumber
data
Data didapatkan dari klien,
keluarga teman dekat, anggota tim perawatan kesehatan, catatan kesehatan,
pemeriksaan fisik, hasil dari pemeriksaan diagnostik dan laboratorium, dan
literatur medis atau keperawatan yang berkaitan . Pengalaman perawat sendiri
tentang tipe klien yang serupa adalah suatu sumber tambahan. Setiap sumber
memberikan informasi tentang tingkat kesejahteraan klien, prognosis yang
diantisipasi, factor-faktor risiko, praktik dan tujuan kesehatan dan pola
kesehatandan penyakit, juga informasi yang relevan terhadap kebutuhan perawatan
klien.
a. Klien
Pada kebanyakan situasi klien adalah sumber informasi yang
terbaik. Klien yang sadar (orientasi terbaik) dan menjawab pertanyaan secara
tepat dapat memberikan informasi yang paling akurat tentang kebutahan perawatan
kesehatan, pola gaya hidup, penyakit saat ini dan masa lalu, persepsi tentang
gejala, dan perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari- hari. Namun demikian
juga artinya untuk mempertimbangkan lingkungan di mana perawat berinteraksi
dengan klien. Klien yang mengalami gejala akut di ruang kedaruratan tidak akan
mampu memberikan informasi yang sama rincinya dengan klien yang datang ke
klinik perawatan primer untuk melakukan pemeriksaan rutin.
b. Keluarga dan Orang Terdekat
Keluarga dan orang terdekat dapat diwawancarai sebagai
sumber primer informasi tentang bayi dan anak-anak dank lien yang sakit kritis,
cacat mental, disorientasi, atau klien yang tidak sadar. Pada kasus penyakit
berat atau situasi darurat, keluarga menjadi satu-satunya sumber data yang
tersedia tentang pola kesehatan sehat-sakit klien, medikasi terakhir,alergi,
awitan penyakit, dan informasi lain yang dibutuhkan oleh perawat dan dokter.
Keluarga dekat dan teman dekat juga merupakan sumber
informasi sekunder yang penting. Penting artinya untuk melibatkan mereka dalam
pengkajian bila memungkinkan.
Agar data dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya
dilakukan penggolongan atau klasifikasi data berdasarkan indentitas klien,
keluhan utama, riwayat kesehatan, keadaan fisik, psikologis, sosial, spiritual,
intelegensi, hasil-hasil pemeriksaan dan keadaan khusus lainnya.
a. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang
berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut dengan
anamnesa. Wawancara berlangsung untu menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.
Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang
masalah kesehatan dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan
antara perawat dengan klien. Semua interaksi perawat dengan klien adalah
berdasarkan komunikasi. Komunikasi keperawatan adalah suatu proses yang
kompleks dan memerlukan kemampuan skill komunikasi dan interaksi. Komunikasi
keperawatan biasanya digunaan untuk memperoleh riwayat keperawatan. Istilah
komunikasi terapeutik adalah suatu teknik yang berusaha untuk mengajak klien
dan keluarga untuk bertuar pikiran dan perasaan. Teknik tersebut mencakup
ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang
tinggi.
Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup,
menggali jawaban dan memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi :
mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan dan konta mata. Mendengarkan secara
aktif merupakan suatu hal yang penting dalam pengumpulan data, tetapi juga
merupakan sesuatu hal yang sulit dipelajari.
Macam wawancara :
1. Auto anamnese : wawancara dengan klien langsung
2. Allo anamnese : wawancara dengan keluarga / orang terdekat.
1. Auto anamnese : wawancara dengan klien langsung
2. Allo anamnese : wawancara dengan keluarga / orang terdekat.
b. Pengamatan / observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Observasi
dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indra lainnya, melalui rabaan,
sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data
tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi
adalah :
1. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan
secara terinci kepada klien (meskipun
komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena terkadang hal ini dapat
meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi
tidak murni).
2. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual
klien
3. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga
dapat dibaca dan
dimengerti oleh perawat yang lain.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah melakukan
pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan
fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah :
1. Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian
tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti : Mata kuning
(icteric), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dll
2. Palpasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan
terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor,
oedema, krepitasi (patah/retak tulang), dll.
3. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran.
Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
4. Perkusi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk
bagian tubuh menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek hammer untuk
mengetahui reflek seseorang (dibicarakan khusus). Juga dilakukan pemeriksaan
lain yang berkaitan dengan kesehatan fisik klien. Misalnya : kembung,
batas-batas jantung, batas hepar-paru (mengetahui pengembangan paru), dll
- Analisis data
Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam
pengembangan daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang
ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan. Dalam melakukan
analisis data, diperlukan kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data
tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan
dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Dasar analisis :
1.Anatomi – fisiologi
2 Patofisiologi penyakit
3.Mikrobiologi – parasitologi
4.Farmakologi
5.Ilmu perilaku
6.konsep-konsep (manusia, sehat-sakit, keperawatan, dll)
7.Tindakan dan prosedur keperawatan
8.Teori-teori keperawatan.
8. Dokumentasi pengkajian
Fokus dokumentasi pengkajian pada
data klinik adalah perawat dapat mengimplementasikan dan mengorganisasi data.
Bentuk dokumentasi dapat berupa data dasar, lembar alur (flow sheet) dan
catatan perkembangan, yang semuanya termasuk tipe pengkajian informasi. Untuk
mencapai catatan pengkajian secara aktual, maka perlu dipertimbangkan pedoman
dalam pembuatan pencatatan pengkajian, diantaranya :
1.Gunakan format yang terorganisasi
2.Gunakan format yang telah ada
3.Format yang mencakup pengkajian perkembangan, pemeriksaan
dari kepala
sampai dengan seluruh tubuh dapat memperluas informasi
4.Catat informasi tanpa bias dan nilai-nilai opini pribadi
5.Masukkan pernyataan yang mendukung klien
6.Jabarkan observasi dan hasil yang jelas
7.Ikuti kebijakan dan prosedur yang telah ada untuk
pencatatan pengkajian
8.Tulis data secara ringkas
9.Setiap data yang dikumpulkan adalah data baru dan
mendapatkan validasi
10. Dilakukan secara sistematis dan terus-menerus
11. Data harus dicatat, dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain
12. Data dikelompokkan dalam bio-psiko-sosio-spiritual, sesuaikan formatnya
13. Data dianalisis dengan dukungan pengetahuan yang relecan dan sesuai
14. Menuliskan identitas waktu
15. Menulis nama dan tanda tangan pelaksana pengkajian.
10. Dilakukan secara sistematis dan terus-menerus
11. Data harus dicatat, dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain
12. Data dikelompokkan dalam bio-psiko-sosio-spiritual, sesuaikan formatnya
13. Data dianalisis dengan dukungan pengetahuan yang relecan dan sesuai
14. Menuliskan identitas waktu
15. Menulis nama dan tanda tangan pelaksana pengkajian.
Tipe-tipe pengkajian
Pengkajian awal, pengkajian lanjut, pengkajian ulang, dan
pengkajian kembali menunjuk pada tiga tipe pengkajian keperawatan, yang
umumnyaditujukan dalam dokumentasi.
1. Dokumentasi Pengkajian Awal
Pengkajian awal didokumentasikan sebagai sumber data
(database)
yang dikembangkan untuk penggunaan umum suatu instansi,
untuk
penggunaan spesifik pada unit perawatan khusus, atau untuk
tipe populasi klien tertentu. Bentuk sumber data membantu dalam strukturisasi
riwayat kesehatan klien dan pendokumentasian haisl pemeriksaan fisik. Beberapa
format yang berbeda dalam penggunaan termasuk format tanya jawab daftar
pemeriksaan dan kuisioner diri klien.
2. Dokumentasi Pengkajian Lanjutan
Pengkajian lanjutan, pengkajian ulang, dan pengkajian
kembali didokumentasikan dalam catatan perkembangan klien atau pada lembar yang
sesuai. Ini dapat dikategorikan sebagai data penunjang atau data yang
dikembangkan. Klasifikasi pengkajian dengan cara ini memungkinkan perawat untuk
menentukan di mana data harus didokumentasikan.
3. Data Penunjang
Data penunjang ada;ah data yang dikaji ulang atau data yang
sudah dikumpulkan sebelumnya kemudain didokumentasikan
untuk menunjukkan pemantauan (monitoring) yang terus menerus
terhadap status kesehatan klien dan pemecahan masalahnya.
Catatn grafis adalah contoh dari bentuk ini. Ini menunjukkan
pemantauan yang terus menerus dilakukan terhadap penilaian tanda-tanda vital.
Tidak semua data penunjang didokumentasikan pada catatan
perkembangan klien. Sering digunakan ketika lembar observasi (flow sheet) tidak
ada atau tidak sesuai untuk dokumnetasi data yang spesifik. Jika pemasukan
catatan perkembangan klien digunakan, maka catatan tersebut harus mempunyai
daftar data subjektif dan objektif klien yang tersusun dengan baik dan akurat.
4. Data Yang Dikembangkan
Data yang dikembangkan tidak selalu
didokumentasikan pada flow sheet. Hampir selalu, data tambahan diperlukan untuk
penjelasan. Contohnya, suhu yang tiba-tiba meningkat didokumentasikan pada
catatan grafis tidak mengindikasikan bahwa klien juga menerima transfusi darah
pada saat yang sama. Perawat mendokumentasikan data relevan yang dikembangkan
ini dalam catatan perkembangan guna mendukung penilaian keperawatan bahwa klien
mengalami reaksi transfusi darah pada waktu suhu tinggi. Maka, ini satu cara di
mana informasi baru dapat diperkenalkan pada proses penyelesaian masalah.
5. Pendokumentasian Pengkajian
Khsusus
Ketika alat pengukuran khusus
dimasukkan ke dalam proses pengambilan keputusan klinis, maka penggunaannya
harus selalu didokumentasikan dalam catatn kliis. Pada kasus yang sama, alat
yang digunakan tersebut disahkan oleh instansi sebagai formulir. Dalam kasus
ini, hasilnya langsung didokumentasikan pada formulir, dan formulir ini menjadi
bagian yang valid dari asuhan keperawatan. Pendokumentasian pada pengkajian
khsus, misalnya Glasgow Coma Style yaitu skala pengukuran objektif terhadap
suatu sistem neurologis (perubahan status mental) dengan menggunakan angka
untuk mencatat urutan data pengkajian yang dikumpulkan. Skala ini menilai tiga
aspek respons, yaitu membuka mata (E), respons verbal yang terbaik (V), dan
respons motorik yang terbaik (M). Angka yang rendah memperliahtkan adanya
penurunan status mental, angka tengah sampai nagka lebih tinggi memperlihatkan
status mental (kondisi) yang lebih meningkat atau stabil. Jika ini bukan
kasusnya, maka nama formulir, hasil pemeriksaan, dan implementasi intervensi
keperawatan perlu didokumentasikan pada catatan perkembangan klien atau pada
formulir penilaian. Contohnya The McGill Pain Scale yaitu skala pengukuran
nyeri dimana perawat memilih angka yang paling sesuai mulai dari skala nol
sampai lima
untuk menentukan tingkat nyeri yang dialami klien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
gabung yuk