BAB I
PENDAHULUAN
Stroke merupakan salah satu
penyebab kematian dan kecacatan neurologis
yang utama di Indonesia .
Serangan otak ini merupakan kegawat daruratan medis yang harus ditangani secara
cepat, tepat dan cermat.
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif
cepat, berupa defisit neurologis
fokal / global, yang berlangsung 24 jam atau lebih akan langsung menimbulkan
kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak dan non traumatik. ( Arief Manjoer. 2001 )
Adapun faktor pencetus yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit stroke yaitu merokok, stres, gaya hidup yang tidak
bagus, hipertensi, DM, penyakit jantung, obesitas dan kolesterol yang meningkat
dalam darah. (Arief Manjoer. 2001)
Penanganan penyakit stroke dapat
dilakukan dengan pemberian obat diuretik
untuk menurunkan edeme serebral, yang
mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral. Antikoagulan
dapat diserap untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosis atau embolisasi
dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
Medikasi anti trombosit dapat
diresepkan karena trombosit dapat
memainkan peran sangat penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi.
(Brunner & Suddart, 2001)
BAB II
Konsep Dasar Penyakit
STROKE
A. PENGERTIAN
Menurut WHO (1997)
stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)
Stroke adalah
serangan mendadak dan berat ( kamus saku kedokteran dorland : 1998 hlm1026)
B. KLASIFIKASI
a) complete stroke, syndrom
stroke yang menyebabkan infeksi pada wilayah vaskuler yang meningkat resikonya
bila terjadi stenosis atau oklusi pembuluh darah yang memberi makan.
b) embolic stroke, syndrom stroke
yang disebabkan oleh emboli otak
c) stroke in evolution, permulaan
dari stroke yang tidak stabil dimana sudah terjadi hambatan tetapi kumpulan
gejalanya belum berkembang menjadi stadium stroke yang sempurna.
d) heat stroke. Keadaan yang
ditandai oleh pajanan panas yang terlalu besar ditandai dengan kulit kering,
vertigo, sakit kepala, rasa haus, mual dan kram otot.
e) trombotik stroke, syndrom
stroke akibat trombosis otak, lebih sering merupakan lapisan atas pada plak
aterosklerosis ( kamus saku kedokteran dorland, 1998 hlm. 1026 )
C. ETIOLOGI
Penyebab
terjadinya stroke adalah :
a. Stroke Non Haemoragik
1). Trombosis
Trombosis
merupakan penyebab stroke paling sering. Trombosis ditemukan pada 40% dari
semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh para ahli patologi. Biasanya ada
kaitannya dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis.
2). Embolus
Embolisme
serebri termasuk urutan kedua dan merupakan 5-15% dari berbagai penyebab utama
stroke. Dari penelitian epidemiologi (community based) didapatkan bahwa sekitar
50% dari semua serangan iskemia otak, apakah yang permanen atau yang transien,
diakibatkan oleh komplikasi trombotik atau embolik dari ateroma, yang merupakan
kelainan dari arteri ukuran besar atau sedang; dan sekitar 25% disebabkan oleh
penyakit pembuluh darah kecil di intra cranial dan 20% oleh emboli dari jantung
(Lumbantobing, 2001). Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan
penderita trombosis Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu thrombus dalam
jantung, sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan
penyakit jantung.
b. Stroke
Haemoragik
1). Perdarahan serebri
Perdarahan
serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab kasus gangguan pembuluh
darah otak dan merupakan persepuluh dari semua kasus penyakit ini. Perdarahan
intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteria serebri.
2). Pecahnya aneurisma
Biasanya
perdarahan serebri terjadi akibat aneurisme yang pecah maka penderita biasanya
masih muda dan 20% mempunyai lebih dari satu aneurisme. Dan salah satu dari
ciri khas aneurisme adalah kecendrungan mengalami perdarahan ulang (Sylvia A.
Price, 1995)
c. Penyebab lain
(dapat menimbulkan infark atau perdarahan).
§ Trombosis sinus dura
§ Diseksi arteri karotis atau
vertebralis
§ Vaskulitis sistem saraf pusat
§ Penyakit moya-moya (oklusi
arteri besar intrakranial yang progresif)
§ Migran
§ Kondisi hyperkoagulasi
§ Penyalahgunaan obat (kokain
dan amfetamin)
§ Kelainan hematologis (anemia
sel sabit, polisitemia atau leukemia)
§ Miksoma atrium.
Faktor Resiko :
· Yang tidak dapat diubah :
usia, jenis kelamin pria, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA atau stroke,
penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan heterozigot atau homozigot
untuk homosistinuria.
· Yang dapat diubah :
hypertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan obat dan alcohol,
hematokrit meningkat, bruit karotis asimtomatis, hyperurisemia dan dislidemia.
D. PATOFISIOLOGI
Otak sendiri
merupakan 2% dari berat tubuh total. Dalam keadaan istirahat otak menerima seperenam dari
curah jantung. Otak mempergunakan 20% dari oksigen tubuh. Otak sangat
tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi pada CVA
di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen yang
terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh darah yang paling sering
terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis Interna.
Adanya gangguan
peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak melalui empat
mekanisme, yaitu :
a) Penebalan dinding arteri
serebral yang menimbulkan penyempitan atau penyumbatan lumen sehingga aliran
darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan
mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak. Bila hal ini terjadi sedemikian
hebatnya, dapat menimbulkan nekrosis.
b) Pecahnya dinding arteri
serebral akan menyebabkan bocornya darah ke kejaringan (hemorrhage).
c) Pembesaran sebuah atau
sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
d) Edema serebri yang merupakan
pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan otak.
Konstriksi lokal
sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada aliran darah dan
baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi
pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan
menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya yang
masih mempunyai pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah melalui
jalur-jalur anastomosis yang ada.
Perubahan awal yang
terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah gelapnya warna darah
vena, penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri serta
arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah ini. Selama
berlangsungnya perisriwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga aliran
darah mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri. Di samping
itu reaktivitas serebrovaskuler terhadap PCO2 terganggu. Berkurangnya aliran
darah serebral sampai ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi
neural dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen.
E. TANDA DAN GEJALA
- Vertebro
basilaris, sirkulasi posterior, manifestasi biasanya bilateral :
§ Kelemahan salah satu dari empat anggota
gerak tubuh
§ Peningkatan refleks tendon
§ Ataksia
§ Tanda babinski
§ Tanda-tanda serebral
§ Disfagia
§ Disartria
§ Sincope, stupor, koma, pusing, gangguan
ingatan.
§ Gangguan penglihatan (diplopia, nistagmus,
ptosis, paralysis satu mata).
§ Muka terasa baal.
- Arteri
Karotis Interna
§ Kebutaan Monokular disebabkan karena
insufisiensi aliran darah arteri ke retina
§ Terasa baal pada ekstremitas atas dan juga
mungkin menyerang wajah.
- Arteri
Serebri Anterior
§ Gejala paling primer adalah kebingungan
§ Rasa kontralateral lebih besar pada
tungkai
§ Lengan bagian proksimal mungkin ikut
terserang
§ Timbul gerakan volunter pada tungkai
terganggu
§ Gangguan sensorik kontra lateral
§ Dimensi reflek mencengkeram dan refleks
patologis
- Arteri
Serebri Posterior
§ Koma
§ Hemiparesis kontralateral
§ Afasia visual atau buta kata (aleksia)
§ Kelumpuhan saraf kranial ketiga – hemianopsia,
koreo – athetosis
- Arteri
Serebri Media
§ Mono paresis atau hemiparesis kontra lateral
(biasanya mengenai lengan)
§ Kadang-kadang heminopsia kontralateral
(kebutaan)
§ Afasia global (kalau hemisfer dominan yang
terkena)
§ Gangguan semua fungsi yang ada hubungannya
dengan percakapan dan komunikasi
§ Disfagia
F. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan umum 5 B
dengan penurunan kesadaran :
1) Breathing (Pernapasan)
§ Usahakan jalan napas lancar.
§ Lakukan penghisapan lendir jika sesak.
§ Posisi kepala harus baik, jangan sampai
saluran napas tertekuk.
§ Oksigenisasi terutama pada pasien tidak
sadar.
2). Blood (Tekanan Darah)
§ Usahakan otak mendapat cukup darah.
§ Jangan terlalu cepat menurunkan tekanan
darah pada masa akut.
3). Brain (Fungsi otak)
§ Atasi kejang yang timbul.
§ Kurangi edema otak dan tekanan intra
cranial yang tinggi.
4). Bladder (Kandung Kemih)
§ Pasang katheter bila terjadi retensi urine
5). Bowel (Pencernaan)
§ Defekasi supaya lancar.
§ Bila tidak bisa makan per-oral pasang
NGT/Sonde.
b. Menurunkan kerusakan sistemik.
Dengan
infark serebral terdapat kehilangan irreversible inti sentral jaringan otak. Di
sekitar zona jaringan yang mati mungkin ada jaringan yang masih harus
diselamatkan. Tindakan awal yang harus difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak
mungkin area iskemik. Tiga unsur yang paling penting untuk area tersebut adalah
oksigen, glukosa dan aliran darah yang adekuat. Kadar oksigen dapat dipantau
melalui gas-gas arteri dan oksigen dapat diberikan pada pasien jika ada
indikasi. Hypoglikemia dapat dievaluasi dengan serangkaian pemeriksaan glukosa
darah.
c. Mengendalikan Hypertensi dan Peningkatan Tekanan
Intra Kranial
Kontrol
hypertensi, TIK dan perfusi serebral dapat membutuhkan upaya dokter maupun
perawat. Perawat harus mengkaji masalah-masalah ini, mengenalinya dan
memastikan bahwa tindakan medis telah dilakukan.
Pasien
dengan hypertensi sedang biasanya tidak ditangani secara akut. Jika tekanan
darah lebih rendah setelah otak terbiasa dengan hypertensi karena perfusi yang
adekuat, maka tekanan perfusi otak akan turun sejalan dengan tekanan darah.
Jika tekanan darah diastolic diatas kira-kira 105 mmHg, maka tekanan tersebut
harus diturunkan secara bertahap. Tindakan ini harus disesuaikan dengan efektif
menggunakan nitropusid.
Jika TIK
meningkat pada pasien stroke, maka hal tersebut biasanya terjadi setelah hari
pertama. Meskipun ini merupakan respons alamiah otak terhadap beberapa lesi
serebrovaskular, namun hal ini merusak otak. Metoda yang lazim dalam mengontrol
PTIK mungkin dilakukan seperti hyperventilasi, retensi cairan, meninggikan
kepala, menghindari fleksi kepala, dan rotasi kepala yang berlebihan yang dapat
membahayakan aliran balik vena ke kepala. Gunakan diuretik osmotik seperti
manitol dan mungkin pemberian deksamethasone meskipun penggunaannya masih
merupakan kontroversial.
d. Terapi Farmakologi
Antikoagulasi
dapat diberikan pada stroke non haemoragik, meskipun heparinisasi pada pasien
stroke iskemik akut mempunyai potensi untuk menyebabkan komplikasi haemoragik.
Heparinoid dengan berat molekul rendah (HBMR) menawarkan alternatif pada
penggunaan heparin dan dapat menurunkan kecendrungan perdarahan pada
penggunaannya. Jika pasien tidak mengalami stroke, sebaliknya mengalami TIA,
maka dapat diberikan obat anti platelet. Obat-obat untuk mengurangi perlekatan
platelet dapat diberikan dengan harapan dapat mencegah peristiwa trombotik atau
embolitik di masa mendatang. Obat-obat antiplatelet merupakan kontraindikasi
dalam keadaan adanya stroke hemoragi seperti pada halnya heparin.
e. Pembedahan
Beberapa
tindakan pembedahan kini dilakukan untuk menangani penderita stroke. Sulit
sekali untuk menentukan penderita mana yang menguntungkan untuk dibedah. Tujuan
utama pembedahan adalah untuk memperbaiki aliran darah serebral.
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran darah otak.
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran darah otak.
Penderita
yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti
hypertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskuler yang luas. Tindakan ini
dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernapasan dan kontrol
ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
G. KOMPLIKASI
a) TIK meningkat
b) Aspirasi
c) Atelektasis
d) Kontraktur
e) Disritmia jantung
f) Malnutrisi
g) Gagal napas
H. TINDAKAN PENCEGAHAN
Beberapa tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan adalah :
a) Pembatasan makan garam; dimulai dari masa
muda, membiasakan memakan makanan tanpa garam atau makanan bayi rendah garam.
b) Khususnya pada orang tua, perawatan yang
intensif untuk mempertahankan tekanan darah selama tindakan pembedahan. Cegah
jangan sampai penderita diberi obat penenang berlebihan dan istirahat ditempat
tidur yang terlalu lama.
c) Peningkatan kegiatan fisik; jalan setiap
hari sebagai bagian dari program kebugaran.
d) Penurunan berat badan apabila kegemukan
e) Berhenti merokok
f) Penghentian pemakaian kontrasepsi oral
pada wanita yang merokok, karena resiko timbulnya serebrovaskular pada wanita
yang merokok dan menelan kontrasepsi oral meningkat sampai 16 kali dibandingkan
dengan wanita yang tidak merokok dan tidak menelan pil kontrasepsi.
I. DAMPAK MASALAH
a. Bagi Individu
1). Biologis
Penderita akan mengalami
gangguan pernapasan akibat hilannya reflek batuk dan penurunan kesadaran hingga
terjadi akumulasi secret. Nyeri kepala akibat infark serebri yang luas,
penurunan kesadaran, gangguan kognitif, disorientasi, mual dan muntah, gangguan
menelan, tidak bisa menjalin komunikasi karena klien aphasia, terjadi
konstipasi akibat tirah baring dan kurangnya mobilisasi, dan dekubitus akibat
tirah baring yang lama.
2). Psikologis
Cemas sedang akibat
hemiparese, terutama pada penderita yang mempunyai beban tanggung jawab pada
keluarganya. Penderita dapat mengalami depresi disamping rasa rendah diri yang
bisa dipahami sebagai suatu reaksi emosional terhadap kemunduran kualitas dan
keberadaannya.
3). Sosial
Apabila keadaan sakitnya
sampai terjadi kelumpuhan dan gangguan komunikasi, klien akan mengalami
kesulitan untuk mengadakan interaksi dengan keluarga maupun masyarakat. Mungkin
juga klien akan menarik diri dari interaksi sosial karena merasa harga dirinya
rendah dan merasa tidak berguna.
4). Spiritual
Penderita mungkin akan
mengalami kesulitan didalam melakukan kewajiban kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena keterbatasannya. Mungkin juga penderita akan merasa bahwa Tuhan tidak
adil kepada dirinya akibat dari depresi. Penderita juga mengingkari dan menolak
keberadaan dari Yang Maha Kuasa.
b. Bagi keluarga
Penderita akan menjadikan
beban bagi keluarga, karena keluarga yang sehat berupaya untuk mencarikan biaya
pengobatan, membantu memberikan perawatan, karena penderita sendiri sangat
tergantung dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Keluarga akan merasa cemas
mengenai keadaannya. Apabila penderita suami atau isteri mungkin menghadapi
resiko depresi dan perubahan emosional.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN STROKE
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap
awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal masalah klien, agar dapat
memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga
kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan diagnosis
keperawatan. (Lismidar, 1990)
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah
mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai
fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan,
status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien. (Marilynn E. Doenges et
al, 1998)
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur
(kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.
2) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik
seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan
aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai
tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi
otak yang lain.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi
oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator,
obat-obat adiktif, kegemukan. (Susan Martin Tucker, 1998)
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga
yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus, gangguan kejang, kelainan
neurologis, kanker, stroke, retardasi mental.
6) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit
yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat
mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi
stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
7) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup
sehat
Biasanya ada riwayat perokok,
penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan
menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.
c) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia
urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan
peristaltik usus.
d) Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi,
mudah lelah.
e) Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami
kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot.
f) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan
peran karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan
bicara.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya,
tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
h) Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien
mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan menurun
pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi
penurunan memori dan proses berpikir.
i) Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah
seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti
hipertensi, antagonis histamin.
j) Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami
kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan
kesulitan berkomunikasi.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang
melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan
pada salah satu sisi tubuh.
8) Pemeriksaan fisik
a. B1 ( Breath )
· Pengkajian terhadap adanya sekret,
inefektif pola nafas, inefektif bersihan jalan nafas, sesak, kesulitan
bernafas, nyeri dada
· Periksa pernafasan ( RR ).
b. B2 ( Blood )
· Periksa tekanan darah, denyut nadi, adanya
nyeri dada atau tidak, jantung berdebar-debar ( takikardi ), bradikardi
c. B3 ( Brain )
· Kaji kemampuan motorik, bagian tubuh mana
yang masih berfungsi dengan baik
· Kaji sensorik, adaya gangguan
pengelihatan, gangguan bicara,, gangguan pendengaran
· Kaji dengan GCS
d. B4 ( Bowel )
· Frekuensi BAB ( konstipasi, diare )
· Adanya anoreksia, gangguan menelan, mual
muntah, refluks makanan
e. B5 ( Bladder )
· Frekuensi BAK ( poliuri, anuri, disuri )
· Terjadi retensi atau ketidakmampuan
mengontrol urin ( inkontinensia )
f. B6 ( Bone )
· Kaji tingkat kelumpuhan
· Ekstremitas yang tidak dapat di gerakkan
· Kaji turgor kulit, integritas kulit
9) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan radiologi
(1) CT scan
: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau menyebar ke
permukaan otak.
(2) MRI :
untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik. (Marilynn E. Doenges, 2000)
(3) Angiografi
serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi
vaskuler. (Satyanegara, 1998)
(4)
Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat
pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis
pada penderita stroke.
b) Pemeriksaan laboratorium
(1) Pungsi
lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang
masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama. (Satyanegara, 1998)
(2)
Pemeriksaan darah rutin
(3)
Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun
kembali.
(4)
Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
b. Analisa data
Analisa data merupakan
kegiatan intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, mengklasifikasi,
mengelompokkan, mengkaitkan data dan akhirnya menarik kesimpulan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan
suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata ataupun potensial dan
membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau
dikurangi. (Lismidar, 1990)
1) Gangguan
perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intracerebral.
2) Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia.
3) Gangguan
persepsi sensori berhubungan dengan penurunan sensori, penurunan penglihatan.
4) Gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak.
5) Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan
kelemahan otot mengunyah dan menelan.
6) Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang
berhubungan dengan hemiparese/ hemiplegi.
7) Resiko gangguan integritas kulit yang
berhubungan tirah baring lama.
8) Resiko ketidakefektifan bersihan jalan
nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks batuk dan menelan.
C. INTERVENSI
Setelah merumuskan diagnosa
keperawatan maka perlu dibuat perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas
keperawatan. Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan
mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan perencanaan keperawatan klien
adalah penentuan prioritas diagnosa keperawatan,penentuan tujuan, penetapan
kriteria hasil dan menentukan intervensi keperawatan.
Rencana keperawatan dari
diagnosa keperawatan diatas adalah :
1. Gangguan perfusi jaringan otak yang
berhubungan dengan perdarahan intra cerebral
Tujuan : :
Tujuan : :
§ Perfusi jaringan otak dapat tercapai
secara optimal
Kriteria hasil :
§ Klien tidak gelisah
§ Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual,
kejang.
§ GCS 456
§ Pupil isokor, reflek cahaya (+)
§ Tanda-tanda vital normal(nadi : 60-100
kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan 16-20 kali permenit)
Intervensi :
a) Berikan
penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab peningkatan TIK dan
akibatnya
Rasional ;
keluarga lebih berpartisipasi alam proses penyembuhan.
b) Anjurkan
kepada klien untuk bed rest totat
Rasional ; Untuk mencegah
perdarahan ulang
c)
Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelain tekanan intrakranial tiap dua
jam
Rasional : mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk menerapkan tindakan yang tepat.
Rasional : mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk menerapkan tindakan yang tepat.
d) Berikan
posisi kepala lebib tinggi 15-30 dengan letak jantung ( beri bantal tipis)
Rasional : mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan drainage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral.
Rasional : mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan drainage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral.
e) Anjurkan
klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan
Rasional : batuk dan mengejan
dapat meningkatkan tekanan intra cranial dan potensial terjadi perdarahan
ulang.
f) Ciptakan
lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
Rasional : rangsangan
aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan
ketenangan mungkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus
stroke/perdarahan lainnya
g) Kolaborasi
dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor
Rasional : memperbaiki sel
yang masih variabel.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
hemiparese/hemiplegia
Tujuan :
Tujuan :
- Klien
mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil :
- Tidak
terjadi kontraktur sendi
- Bertambahnya
kekuatan otot
- Klien
menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi :
a) Ubah
posisi klien tiap 2 jam
Rasional : menurunkan resiko
terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang
tertekan
b) Ajarkan
klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit
Rasional ; Gerakkan aktif
memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan
pernapasan.
c) Lakukan gerak pasif pada
ekstremitas yang sakit
Rasional : otot volunter akan
kehilangan tonus otot dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan
d) Berikan papan kaki pada
ekstremitas dalam posisi fungsionalnya
Rasional : mencegah terjadinya
kontraktur dan memfasilitasi kegunaannya jika berfungsi kembali.
e) Tinggikan kepala dan tangan
Rasional : meningkatkan aliran
balik vena dan membantu mencegah terbentuknya edema.
f) Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan fisik klien
Rasional : program yang khusus
dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan yang berarti/menjaga kekurangan
tersebut dalam keseimbangan, koordinasi dan kekuatan.
3. Gangguan persepsi sensori berhubungan
dengan penurunan sensori penurunan penglihatan
Tujuan :
§ Meningkatnya persepsi sensorik secara
optimal.
Kriteria hasil :
§ Adanya perubahan kemampuan yang nyata
§ Tidak terjadi disorientasi waktu, tempat,
orang
Intervensi :
a) Tentukan
kondisi patologis klien
Rasional : untuk mengetahui
tipe dan lokasi yang mengalami gangguan.
b) Kaji
gangguan penglihatan terhadap perubahan persepsi
Rasional : untuk mempelajari
kendala yang berhubungan dengan disorientasi klien.
c) Latih
klien untuk melihat suatu obyek dengan telaten dan seksama
Rasional : agar klien tidak
kebingungan dan lebih berkonsentrasi.
d) Observasi
respon perilaku klien, seperti menangis, bahagia, bermusuhan,halusinasi setiap
saat.
Rasional : keadaan emosi klien
bisa dilihat melalui respon perilaku klien
e)
Berbicaralah dengan klien secara tenang dan gunakan kalimat-kalimat pendek.
Rasional : memfokuskan perhatian klien, sehingga setiap masalah dapat dimengerti.
Rasional : memfokuskan perhatian klien, sehingga setiap masalah dapat dimengerti.
4. Gangguan komunikasi verbal yang
berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak
Tujuan :
§ Proses komunikasi klien dapat berfungsi
secara optimal
Kriteria hasil :
§ Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan
klien dapat dipenuhi
§ Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara
verbal maupun isyarat
Intervensi :
a) Berikan metode
alternatif komunikasi, misal dengan bahasa isyarat.
Rasional :
memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan klien.
b) Antisipasi
setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi.
Rasional :
mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain.
c) Bicaralah
dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang jawabannya “ya” atau
“tidak”.
Rasional : mengurangi
kecemasan dan kebingungan pada saat komunikasi.
d) Anjurkan kepada
keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien.
Rasional :
mengurangi rasa isolasi social dan meningkatkan komunikasi yang efektif.
e) Hargai kemampuan
klien dalam berkomunikasi.
Rasional : memberi
semangat pada klien agar lebih sering melakukan komunikasi.
f) Kolaborasi
dengan fisioterapis untuk latihan wicara.
Rasional : melatih
klien belajar berbicara secara mandiri dengan baik dan benar.
5. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan
hemiparese/hemiplegi
Tujuan :
§ Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil :
§ Klien dapat melakukan aktivitas perawatan
diri sesuai dengan kemampuan pasien.
§ Klien dapat mengidentifikasi sumber
pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
Intervensi :
a) Tentukan
kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri.
Rasional : membantu dalam
mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual.
b) Beri
motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan
sikap sungguh.
Rasional : meningkatkan harga
diri dan semangat untuk berusaha terus menerus.
c) Hindari
melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi
berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rasional : klien mungkin
menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang
diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi adalah penting bagi klien untuk
melakukan sebanyak mungkin untuk dirinya untuk mempertahankan harga diri dan
meningkatkan pemulihan.
d) Berikan
umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau
keberhasilannya.
Rasional : meningkatkan
perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara
kontinyu.
e)
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi.
Rasional : memberikan bantuan
yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan
penyokong khusus.
6. Resiko gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan
Tujuan :
- Tidak terjadi gangguan nutrisi
Kriteria hasil :
- Berat badan dapat
dipertahankan/ditingkatkan
- Hb dan albumin dalam batas normal
Intervensi :
a) Tentukan
kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk.
Rasional : menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien.
Rasional : menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien.
b) Letakkan posisi
kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan.
Rasional : klien lebih mudah menelan karena gaya gravitasi.
Rasional : klien lebih mudah menelan karena gaya gravitasi.
c) Stimulasi bibir
untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah
dagu jika dibutuhkan.
Rasional : membantu dalam melatih kembali
sensori dan meningkatkan kontrol muskuler.
d) Letakkan
makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu.
Rasional : memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan masukan.
Rasional : memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan masukan.
e) Berikan makan
dengan berlahan pada lingkungan yang tenang.
Rasional : klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar.
Rasional : klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar.
f) Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah
cair, makan lunak ketika klien dapat menelan air.
Rasional : makanan lunak mudah untuk
mengendalikan didalam mulut, menurunkan terjadinya aspirasi.
g) Anjurkan klien
menggunakan sedotan meminum cairan.
Rasional : menguatkan otot fasial dan otot
menelan dan menurunkan resiko tersedak.
h) Anjurkan klien
untuk berpartisipasi dalam program latihan/kegiatan.
Rasional : meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan.
Rasional : meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan.
i) Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan
cairan melalui IV atau makanan melalui selang.
Rasional : mungkin diperlukan untuk
memberikan asupan makanan cairan pengganti jika klien tidak mampu untuk memasukkan
segala sesuatu ke mulut.
7. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan
dengan tirah baring lama
Tujuan :
- Klien mampu mempertahankan keutuhan
kulit
Kriteria hasil
- Klien mau berpartisipasi terhadap
pencegahan luka
- Klien mengetahui penyebab dan cara
pencegahan luka
- Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau
luka
Intervensi
a) Anjurkan
untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika mungkin.
Rasional : meningkatkan aliran darah kesemua daerah.
Rasional : meningkatkan aliran darah kesemua daerah.
b) Rubah
posisi tiap 2 jam.
Rasional : menghindari tekanan
yang berlebihan dan meningkatkan aliran darah.
c) Gunakan
bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol.
Rasional : menghindari tekanan
yang berlebih pada daerah yang menonjol.
d) Lakukan
massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah
posisi.
Rasional : menghindari
kerusakan-kerusakan kapiler.
e)
Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap
kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi.
Rasional : hangat dan
pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan.
f) Jaga
kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit.
Rasional : mempertahankan keutuhan kulit.
Rasional : mempertahankan keutuhan kulit.
8. Resiko terjadinya ketidakefektifan
bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan menurunnya refleks batuk dan
menelan, imobilisasi
Tujuan :
§ Jalan nafas tetap efektif.
Kriteria hasil :
§ Klien tidak sesak nafas
§ Tidak terdapat ronchi, wheezing ataupun
suara nafas Tambahan
§ Tidak retraksi otot bantu pernafasan
§ Pernafasan teratur, RR 16-20 x per menit
Intervensi :
a) Berikan
penjelasan kepada klien dan keluarga tentang sebab dan akibat ketidakefektifan
jalan nafas
Rasional ; klien dan keluarga mau
berpartisipasi dalam mencegah terjadinya ketidak efektifan bersihan jalan
napas.
b) Rubah posisi
tiap 2 jam sekali.
Rasional ; perubahan posisi dapat
melepaskan secret dari saluran pernapasan.
c) Berikan intake
yang adekuat (2000 cc per hari).
Rasional : air
yang cukup untuk mengencerkan sekret
d) Observasi pola
dan frekuensi nafas.
Rasional :
mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan jalan napas.
e) Auskultasi
suara nafas.
Rasional : mengetahui
kelainan suara napas.
f) Lakukan
fisioterapi nafas sesuai dengan keadaan umum klien.
Rasional : agar
dapat melepaskan secret dan mengembangkan paru-paru.
BAB IV
KESIMPULAN
a. Menurut WHO (1989) stroke adalah disfungsi
neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara
mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang
terganggu
b. Stroke dapat diklasifikasikan
menjadi complete stroke,embolic stroke, stroke in evolution,heat stroke.
trombotik stroke
c. Etiologi stroke berdasarkan
patologinya yakni stroke hemoragic dan non hemoragic,
d. Tindakan pencegahan stroke
dapat dilakukan dengan Pembatasan
makan garam; dimulai dari masa muda, membiasakan memakan makanan tanpa garam
atau makanan bayi rendah garam. Khususnya pada orang tua, perawatan yang
intensif untuk mempertahankan tekanan darah selama tindakan pembedahan. Peningkatan
kegiatan fisik,Penurunan berat badan apabila kegemukan, Berhenti merokok, Penghentian
pemakaian kontrasepsi oral pada wanita yang merokok
DAFTAR PUSTAKA
§ Doengoes. M, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawaian Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Klien, Jakarta, EGC.
§ Sylvia A Price, Lorraine M Wilson .
(2006). Patofisiologi Edisi 6. Jakarta :
EGC
§ 1989. Kamus saku istilah
kedokteran dorland
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
gabung yuk