berita terbaru

Minggu, 11 Maret 2012

asep tetanus


TUGAS KMB III
ASUHAN KEPERAWATAN TETANUS
Logo Akper
DI SUSUN OLEH :4
TINGKAT II.B
1.       NAJAMUDIN
2.       NURBAITI
3.       DIAN PITASARI
4.       M.JELISAH SAHDAN
5.       SILANU SYAOQI RODLIANI
6.       ULIAN HAIRO
7.       NOVIANTI ARDIANI HASNI




PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
DINAS KESEHATAN
AKADEMI KEPERAWATAN
SAKRA
2011/20012
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah KMB IIIAsuhan Keperawatan TETANUS” ini tepat pada waktu yang rencanakan. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan alam yaitu baginda nabi besar Muhammad SAW.
            Ucapan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen dan teman-teman sekalian yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini dan penulis menyadari masih banyak kekurangannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari Bapak Dosen dan teman-teman sekalian agar makalah ini menjadi lebih baik.
            Akhirul kalam, semoga makalah ini memberi manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Penyusun









DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR  ................................................................................
DAFTAR ISI                ................................................................................
A.   PENGERTIAN             ......................................................................
ETIOLOGI                            ......................................................................
FATOFISOLOGI         ......................................................................
PROGNOSA                 ......................................................................
MANIPESTASI KLINIK      ...........................................................
PENATALAKSANAAN        ...........................................................
KOMPLIKASI             ......................................................................
A.   ASUHAN KEPERAWATAN         ...........................................................
PENGKAJIAN             .....................................................................
DIAGNOSA                  .....................................................................
INTERVENSI              .....................................................................
IMPLEMENTASI        .....................................................................
EVALUASI                  .....................................................................
DAFTAR PUSTAKA   .....................................................................











ASKEP TETANUS
A. TINJAUAN TEORI
I. Pengertian
Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot,tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani.
II. Etiologi
Sering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob sepertipada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh,otitis media, dan cairies gigi, menunjang berkembang biaknya kuman yangmenghasilkan endotoksin.
III. Patofisiologi
Bentuk spora dalam suasana anaerob dapat berubah menjadi kuman vegetatifyang menghasilkan eksotoksin. Toksin ini menjalar intrakasonal sampaiganglin/simpul saraf dan menyebabkan hilangnya keseimbanngan tonus ototsehingga terjadi kekakuan otot baik lokal maupun mnyeluruh. Bila toksin
banyak, selain otot bergaris, otot polos dan saraf otak juga terpengaruh.
IV. Prognosa
Bila periode”periode of onset” pendek penyakit dengan cepat akan berkembangmenjadi berat
V. Manifestasi Klinik
- Keluhan dimulai dengan kaku otot, disusul dengan kesukaran untuk membukamulut (trismus)
- Diikuti gejala risus sardonikus,kekauan otot dinding perut dan ekstremitas(fleksi pada lengan bawah, ekstensi pada telapak kaki)
- Pada keadaan berat, dapat terjadi kejang spontan yang makin lam   makinseinrg dan lama, gangguan saraf otonom seperti hiperpireksia,
hiperhidrosis,kelainan irama jantung dan akhirnya hipoksia yan gberat
- Bila periode”periode of onset” pendek penyakit dengan cepat akan
berkembang menjadi berat


Untuk mudahnya tingkat berat penyakit dibagi :
1.    ringan ; hamya trismus dan kejang lokal
2.    sedang ; mulai terjadi kejang spontan yang semakin sering, trismus    yangtampak nyata, opistotonus dankekauan otot yang menyeluruh.

VI. Penatalaksanaan Medik
Pada dasarnya , penatalaksanaan tetanus bertujuan :
a. eliminasi kuman
1. debridement
untuk menghilangkan suasana anaerob, dengan cara membuang jaringanyang rusak, membuang benda asing, merawat luka/infeksi, membersihkan liang telinga/otitis media, caires gigi.
            2. antibiotika
penisilna prokain 50.000-100.000 ju/kg/hari IM, 1-2 hari, minimal 10 hari. Antibiotika lain ditambahkan sesuai dengan penyulit yang timbul.
b. netralisasi toksin
toksin yang dapat dinetralisir adalah toksin yang belum melekat di jaringan.Dapat diberikan ATS 5000-100.000 KI
c. perawatan suporatif
perawatan penderita tetanus harus intensif dan rasional :
1. nutrisi dan cairan
- pemberian cairan IV sesuaikan jumlah dan jenisnya dengan keadaan
penderita, seperti sering kejang, hiperpireksia dan sebagainya.
- beri nutrisi tinggi kalori, bil a perlu dengan nutrisi parenteral
- bila sounde naso gastrik telah dapat dipasang (tanpa memperberat
kejang) pemberian makanan peroral hendaknya segera dilaksanakan.
2. menjaga agar nafas tetap efisien
- pemebrsihan jalan nafas dari lendir
- pemberian xat asam tambahan
- bila perlu , lakukan trakeostomi (tetanus berat)
3. mengurangi kekakuan dan mengatasi kejang
- antikonvulsan diberikan secara tetrasi, disesuaikan dengan kebutuhan
dan respon klinis.
- pada penderita yang cepat memburuk (serangan makin sering dan makinlama), pemberian antikonvulsan dirubah seperti pada awal terapi yaitumulai lagi dengan pemberian bolus, dilanjutkan dengan dosis rumatan.Pengobatan rumat Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari33pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hariberikutnya
- bila dosis maksimal telah tercapai namun kejang belum teratasi , harus
dilakukan pelumpuhan obat secara totoal dan dibantu denga pernafasan
maknaik (ventilator)
4. Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :
1. Semua pakaian ketat dibuka
2. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
3. Usahakan agar jalan napas bebasu ntuk menjamin kebutuhan oksigen
4. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen

VII. KOMPLIKASI
         Infeksi lokal daerah mulut.
         Meningitis
         Encephalitis.
         Epilepsi















B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
TETANUS
I. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan
menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut.
(Santosa. NI, 1989, 154)
Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa dansintesa data serta perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data akanmenentukan kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan yang meliputikebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan pasien. Sumber data didapatkan dari pasien, keluarga, teman, team kesehatan lain, catatan pasien dan hasilpemeriksaan laboratorium. Metode pengumpulan data melalui observasi (yaitudengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), wawancara (yaitu berupapercakapan untuk memperoleh data yang diperlukan), catatan (berupa catatanklinik, dokumen yang baru maupun yang lama), literatur (mencakup semuamateri, buku-buku, masalah dan surat kabar).
Pengumpulan data pada kasus tetenus ini meliputi :

a. Data subyektif
1. Biodata/Identitas
Biodata klien mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi
nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,
alamat.
2. Keluhan utama kejang
3. Riwayat Penyakit (Darto Suharso, 2000)
Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan :
Apakah disertai demam ?
Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka
diketahui apakah infeksi infeksi memegang peranan dalam terjadinya
bangkitan kejang. Jarak antara timbulnya kejang dengan demam..
Lama serangan
Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu
berlangsung lama. Lama bangkitan kejang kita dapat mengetahui
kemungkinan respon terhadap prognosa dan pengobatan.
Pola serangan
Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola
serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik, klonik ?
Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti
epilepsi mioklonik ?
Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan
kesadaran seperti epilepsi akinetik ?
Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara
tangan naik sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile ?
Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.
Frekuensi serangan
Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang
terjadi untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun.
Prognosa makin kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada
umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.
Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah rangsangan tertentu yang dapat
menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan
lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah
kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur,
kesadaran menurun, ada paralise, dan sebagainya ?
Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada
penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA,


4. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah
penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat
kejang terjadi untuk pertama kali ?
Apakah ada riwayat trauma kepala, luka tusuk, lukakotor, adanya benda
asing dalam luka yang menyembuh , otitis media, dan cairies gigi,
menunjang berkembang biaknya kuman yang menghasilkan endotoksin.
5. Riwayat kesehatan keluarga.
Kebiasaan perawatan luka dengan menggunakan bahan yang kurang
aseptik.
6. Riwayat sosial
Hubungan interaksi dengan keluarga dan pekrjaannya
7. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?
Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang
kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan
tindakan medis ?
Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan
kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang
sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi Ditanyakan bagaimana
kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh klien ?
Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera
makan anak ? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari ?
Pola Eliminasi :
BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis
ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah ?
Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat kencing.
BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana
konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ?
Pola aktivitas dan latihan
Pola tidur/istirahat
Berapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam



b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum (Corry S, 2000 hal : 36)
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan
darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan
didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali
normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut.
Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang,
kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa
menyebabkan rasa sakit pada pasien.
Muka/ Wajah.
Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada
gangguan nervus cranial ?
Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya
infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga,
keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan
napas ? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan
lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi ?
Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi
faring, cairan eksudat ?
Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah

c. Pemeriksaan Penunjang
Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya meliputi :
1. Darah
Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N <
200 mq/dl)
BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan
merupakan indikasi nepro toksik akibat daripemberian obat.
Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan
predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
2. Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak
ruang dan adanya lesi
3. EEG : Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak
melalui tengkorak yang utuh untukmengetahui fokus aktivitas kejang, hasilbiasanya normal.

d. Analisa dan Sintesa Data
Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan
mentabulasi, menyeleksi, mengelompokkan, mengaitkan data, menentukan
kesenjangan informasi, melihat pola data, membandingakan dengan standar,
menginterpretasi dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil analisa data
adalah pernyataan masalah keperawatan atau yang disebut diagnosa
keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti
tentang masalah pasien/klien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau
diubah melalui tindakan keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1. Risiko terjadinya cedera fisik berhubungan dengan serangan kejang berulang.
2. Risiko terjadinya ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan
sekunder dari depresi pernafasan
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sekret
yang berlebihan pad ajalan nafas atas.
4. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penanganan penyakitnya
berhubungan dengan keterbatasan informasi yang ditandai
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi eksotoksin

II. Perencanaan
Perencanaan merupakan keputusan awal tentang apa yang akan dilakukan,bagaimana, kapan itu dilakukan, dan siapa yang akan melakukan kegiatantersebut. Rencana keperawatan yang memberikan arah pada kegiatan
keperawatan. (Santosa. NI, 1989;160)
a. Diagnosa Keperawatan : Risiko terjadinya cedera fisik berhubungan dengan
kejang berulang
Tujuan : Klien tidak mengalami cedera selama perawatan
Kriteria hasil :
1.    Klien tidak ada cedera akibat serangan kejang
2. klien tidur dengan tempat tidur pengaman
3. Tidak terjadi serangan kejang ulang.
4. Suhu 36 – 37,5 º C , Nadi 60-80x/menit (bayi), Respirasi 16-20 x/menit
5. Kesadaran composmentis




Rencana Tindakan :
INTERVENSI
RASIONAL
1.                                                       Identifikasi dan hindari faktor                           pencetus
2.
tempatkan klien pada tempat tidur
yang memakai pengaman di
ruang yang tenang dan
nyaman
3.
anjurkan klien istirahat
4.
sediakan disamping tempat tidur
tongue spatel dan gudel untuk
mencegah lidah jatuh ke
belakng apabila klien kejang
5.
lindungi klien pada saat kejang
dengan :
- longgarakn pakaian
- posisi miring ke satu sisi
- jauhkan klien dari alat yang
dapat melukainya
- kencangkan pengaman tempat
tidur
- lakukan suction bila banyak
sekret
6.
catat penyebab mulainya kejang,
proses berapa lama, adanya
sianosis dan inkontinesia,
deviasi dari mata dan gejala-
hgejala lainnya yang timbul.
7.
sesudah kejang observasi TTV
setiap 15-30 menit dan
obseervasi keadaan klien
sampai benar-benar pulih dari
kejang
8.
observasi efek samping dan
keefektifan obat
9.
observasi adanya depresi
pernafasan dan gangguan
irama jantung
10.
lakukan pemeriksaan neurologis
setelah kejang
11.
kerja sama dengan tim :
- pemberian obat antikonvulsan
dosis tinggi
- pemeberian antikonvulsan
(valium, dilantin,
phenobarbital)
- pemberian oksigen tambahan
- pemberian cairan parenteral
- pembuatan CT scan
1. Penemuan faktor pencetus untuk
memutuskan rantai penyebaran toksin
tetanus.
2. Tempat yang nyaman dan tenang dapat
mengurangi stimuli atau rangsangan
yang dapat menimbulkan kejang
4. efektivitas energi yang dibutuhkan
untuk metabolisme.
5. lidah jatung dapat menimbulkan
obstruksi jalan nafas.
5. tindakan untuk mengurangi atau
mencegah terjadinya cedera fisik.
6. dokumentasi untuk pedoman dalam
penaganan berikutnya.
7. tanda-tanda vital indikator terhadap
perkembangan penyakitnya dan
gambaran status umum klien.
8. efek samping dan efektifnya obat
diperlukan motitoring untuk tindakan
lanjut.
9 dan 10 kompliksi kejang dapat terjadi
depresi pernafasan dan kelainan irama
jantung.
11. untuk mengantisipasi kejang, kejang
berulang dengan menggunakan obat
antikonvulsan baik berupa bolus, syringe
pump.

b. Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan klien dan keluarga tentang
     penanganan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien dan keluarga tentang penanganan
penyakitnya dapat meningkat.
Kriteria Hasil :
1. Klien dan keluarga dapat mengerti proses penyakit dan  penanganannya
2. klien dapat diajak kerja sama dalam program terapi
3. klien dan keluarga dapat menyatakan melaksanakan penejlasan dna
pendidikan kesehatan yang diberikan.

INTERVENSI
RASIONAL
1. Identifikasi tingkat pengetahuan
klien dan keluarga
2. Hindari proteksi yang
berlebihan terhadap klien , biarkan
klien melakukan aktivitas sesuai
dengan kemampuannya.
3. ajarkan pada klein dan keluarga
tentang peraawatan yang harus
dilakukan sema kejang
4. jelaskan pentingnya
mempertahankan status kesehatan
yang optimal dengan diit, istirahat,
dan aktivitas yang dapat
menimbulkan kelelahan.
5. jelasakan tentang efek samping
obat (gangguan penglihatan,
nausea, vomiting, kemerahan pada
kulit, synkope dan konvusion)
6. jaga kebersihan mulut dan gigi
secara teratur
1. Tingkat pengetahuan penting untuk
modifikasi proses pembelajaran orang
dewasa.
2. tidak memanipulasi klien sehingga ada
proses kemandirian yang terbatas.
3. kerja sama yang baik akanmembantu
dalam proses penyembuhannnya
4. status kesehatan yang baik membawa
damapak pertahanan tubuh baik sehingga
tidak timbul penyakit penyerta/penyulit.
5. efek samping yang ditemukan secara
dini lebih aman dalam penaganannya.
6. Kebersihan mulut dan gigi yang baik
merupakan dasar salah satu pencegahan
terjadinya infeksi berulang.



2.3.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat
bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi
dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI, 1989;162 )
2.3.5 Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan
data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya
( Santosa.NI, 1989;162).






















DAFTAR PUSTAKA
Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah
Monica Ester, EGC, Jakarta
Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I
Made, EGC, Jakarta
Santosa NI, 1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.
Suharso Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga,
Surabaya.
13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

gabung yuk