TUGAS
KMB III
ASUHAN
KEPERAWATAN TETANUS
DI
SUSUN OLEH :4
TINGKAT
II.B
1.
NAJAMUDIN
2.
NURBAITI
3.
DIAN PITASARI
4.
M.JELISAH
SAHDAN
5.
SILANU SYAOQI RODLIANI
6.
ULIAN HAIRO
7.
NOVIANTI
ARDIANI HASNI
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA
BARAT
DINAS KESEHATAN
AKADEMI KEPERAWATAN
SAKRA
2011/20012
KATA
PENGANTAR
Segala
puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah KMB III“Asuhan Keperawatan TETANUS”
ini tepat pada waktu yang rencanakan. Shalawat serta salam tak lupa penulis
haturkan kepada junjungan alam yaitu baginda nabi besar Muhammad SAW.
Ucapan terima kasih kepada Bapak/Ibu
Dosen dan teman-teman sekalian yang telah membantu penulis dalam penyusunan
makalah ini dan penulis menyadari masih banyak kekurangannya. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari Bapak Dosen dan
teman-teman sekalian agar makalah ini menjadi lebih baik.
Akhirul kalam, semoga makalah ini
memberi manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ................................................................................
DAFTAR
ISI ................................................................................
A. PENGERTIAN ......................................................................
ETIOLOGI ......................................................................
FATOFISOLOGI ......................................................................
PROGNOSA ......................................................................
MANIPESTASI KLINIK ...........................................................
PENATALAKSANAAN ...........................................................
KOMPLIKASI ......................................................................
A. ASUHAN
KEPERAWATAN ...........................................................
PENGKAJIAN .....................................................................
DIAGNOSA .....................................................................
INTERVENSI .....................................................................
IMPLEMENTASI .....................................................................
EVALUASI .....................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................
ASKEP TETANUS
A. TINJAUAN TEORI
I. Pengertian
Tetanus adalah penyakit infeksi yang
ditandai oleh kekakuan dan kejang otot,tanpa disertai gangguan kesadaran,
sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani.
II. Etiologi
Sering kali tempat masuk kuman sukar
dikteahui teteapi suasana anaerob sepertipada luka tusuk, lukakotor, adanya
benda asing dalam luka yang menyembuh,otitis media, dan cairies gigi, menunjang
berkembang biaknya kuman yangmenghasilkan endotoksin.
III. Patofisiologi
Bentuk spora dalam suasana anaerob
dapat berubah menjadi kuman vegetatifyang menghasilkan eksotoksin. Toksin ini
menjalar intrakasonal sampaiganglin/simpul saraf dan menyebabkan hilangnya
keseimbanngan tonus ototsehingga terjadi kekakuan otot baik lokal maupun
mnyeluruh. Bila toksin
banyak, selain otot bergaris, otot polos
dan saraf otak juga terpengaruh.
IV.
Prognosa
Bila periode”periode of onset” pendek
penyakit dengan cepat akan berkembangmenjadi berat
V.
Manifestasi Klinik
- Keluhan dimulai dengan kaku
otot, disusul dengan kesukaran untuk membukamulut (trismus)
- Diikuti gejala risus sardonikus,kekauan
otot dinding perut dan ekstremitas(fleksi pada lengan bawah, ekstensi pada
telapak kaki)
- Pada keadaan berat, dapat terjadi kejang
spontan yang makin lam makinseinrg dan
lama, gangguan saraf otonom seperti hiperpireksia,
hiperhidrosis,kelainan
irama jantung dan akhirnya hipoksia yan gberat
- Bila
periode”periode of onset” pendek penyakit dengan cepat akan
berkembang
menjadi berat
Untuk
mudahnya tingkat berat penyakit dibagi :
1.
ringan ; hamya trismus dan kejang lokal
2.
sedang ; mulai terjadi kejang spontan yang
semakin sering, trismus yangtampak
nyata, opistotonus dankekauan otot yang menyeluruh.
VI. Penatalaksanaan Medik
Pada dasarnya , penatalaksanaan tetanus
bertujuan :
a. eliminasi kuman
1. debridement
untuk menghilangkan suasana anaerob, dengan cara membuang
jaringanyang rusak, membuang benda asing, merawat luka/infeksi, membersihkan
liang telinga/otitis media,
caires gigi.
2. antibiotika
penisilna prokain
50.000-100.000 ju/kg/hari IM, 1-2 hari, minimal 10 hari. Antibiotika lain
ditambahkan sesuai dengan penyulit yang timbul.
b.
netralisasi toksin
toksin yang dapat dinetralisir adalah toksin
yang belum melekat di jaringan.Dapat diberikan ATS 5000-100.000 KI
c.
perawatan suporatif
perawatan
penderita tetanus harus intensif dan rasional :
1.
nutrisi dan cairan
-
pemberian cairan IV sesuaikan jumlah dan jenisnya dengan keadaan
penderita,
seperti sering kejang, hiperpireksia dan sebagainya.
- beri
nutrisi tinggi kalori, bil a perlu dengan nutrisi parenteral
- bila
sounde naso gastrik telah dapat dipasang (tanpa memperberat
kejang)
pemberian makanan peroral hendaknya segera dilaksanakan.
2.
menjaga agar nafas tetap efisien
-
pemebrsihan jalan nafas dari lendir
-
pemberian xat asam tambahan
- bila
perlu , lakukan trakeostomi (tetanus berat)
3.
mengurangi kekakuan dan mengatasi kejang
-
antikonvulsan diberikan secara tetrasi, disesuaikan dengan kebutuhan
dan
respon klinis.
- pada penderita yang cepat memburuk
(serangan makin sering dan makinlama), pemberian antikonvulsan dirubah seperti
pada awal terapi yaitumulai lagi dengan pemberian bolus, dilanjutkan dengan
dosis rumatan.Pengobatan rumat Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB
dibagi 2 dosis pada hari33pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis
pada hariberikutnya
- bila
dosis maksimal telah tercapai namun kejang belum teratasi , harus
dilakukan
pelumpuhan obat secara totoal dan dibantu denga pernafasan
maknaik
(ventilator)
4.
Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :
1.
Semua pakaian ketat dibuka
2.
Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
3.
Usahakan agar jalan napas bebasu ntuk menjamin kebutuhan oksigen
4. Pengisapan lendir harus dilakukan secara
teratur dan diberikan oksigen
VII.
KOMPLIKASI
•
Infeksi lokal daerah
mulut.
•
Meningitis
•
Encephalitis.
•
Epilepsi
B. KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
TETANUS
I. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistemik
untuk mengumpulkan data dan
menganalisa, sehingga dapat diketahui
kebutuhan perawatan pasien tersebut.
(Santosa. NI, 1989, 154)
Langkah-langkah dalam pengkajian
meliputi pengumpulan data, analisa dansintesa data serta perumusan diagnosa
keperawatan. Pengumpulan data akanmenentukan kebutuhan dan masalah kesehatan
atau keperawatan yang meliputikebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan
pasien. Sumber data didapatkan dari pasien, keluarga, teman, team kesehatan
lain, catatan pasien dan hasilpemeriksaan laboratorium. Metode pengumpulan data
melalui observasi (yaitudengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi),
wawancara (yaitu berupapercakapan untuk memperoleh data yang diperlukan),
catatan (berupa catatanklinik, dokumen yang baru maupun yang lama), literatur
(mencakup semuamateri, buku-buku, masalah dan surat kabar).
Pengumpulan
data pada kasus tetenus ini meliputi :
a.
Data subyektif
1.
Biodata/Identitas
Biodata klien mencakup nama, umur, jenis
kelamin.
Biodata
dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi
nama,
umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,
alamat.
2.
Keluhan utama kejang
3.
Riwayat Penyakit (Darto Suharso, 2000)
Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa
kejang ditanyakan :
Apakah disertai demam ?
Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang
menyertai kejang, maka
diketahui apakah infeksi infeksi memegang
peranan dalam terjadinya
bangkitan kejang. Jarak antara timbulnya
kejang dengan demam..
Lama serangan
Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang
merasakan waktu
berlangsung lama. Lama bangkitan kejang kita
dapat mengetahui
kemungkinan respon terhadap prognosa dan
pengobatan.
Pola serangan
Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran
lengkap mengenai pola
serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik,
klonik ?
Apakah serangan berupa kontraksi sejenak
tanpa hilang kesadaran seperti
epilepsi mioklonik ?
Apakah serangan berupa tonus otot hilang
sejenak disertai gangguan
kesadaran seperti epilepsi akinetik ?
Apakah serangan dengan kepala dan tubuh
mengadakan flexi sementara
tangan naik sepanjang kepala, seperti pada
spasme infantile ?
Pada kejang demam sederhana kejang ini
bersifat umum.
Frekuensi serangan
Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya,
umur berapa kejang
terjadi untuk pertama kali, dan berapa
frekuensi kejang per tahun.
Prognosa makin kurang baik apabila kejang
timbul pertama kali pada
umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.
Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah
rangsangan tertentu yang dapat
menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah,
muntah, sakit kepala dan
lain-lain. Dimana kejang dimulai dan
bagaimana menjalarnya. Sesudah
kejang perlu ditanyakan apakah penderita
segera sadar, tertidur,
kesadaran menurun, ada paralise, dan
sebagainya ?
Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap
bicara (khususnya pada
penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan
jantung, DHF, ISPA, OMA,
4.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum
penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah
penderita pernah mengalami kejang sebelumnya,
umur berapa saat
kejang terjadi untuk pertama kali ?
Apakah ada riwayat trauma kepala, luka tusuk,
lukakotor, adanya benda
asing dalam luka yang menyembuh , otitis
media, dan cairies gigi,
menunjang berkembang biaknya kuman yang
menghasilkan endotoksin.
5.
Riwayat kesehatan keluarga.
Kebiasaan perawatan luka dengan menggunakan
bahan yang kurang
aseptik.
6.
Riwayat sosial
Hubungan
interaksi dengan keluarga dan pekrjaannya
7.
Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit
bagaimana ?
Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan,
pengetahuan tentang
kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada
setiap perawatan dan
tindakan medis ?
Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita,
pelayanan
kesehatan yang diberikan, tindakan apabila
ada anggota keluarga yang
sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan
pertama.
Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi
Ditanyakan bagaimana
kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi
oleh klien ?
Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak
? Bagaimana selera
makan anak ? Berapa kali minum, jenis dan
jumlahnya per hari ?
Pola Eliminasi :
BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya,
secara makroskopis
ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah
terdapat darah ?
Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat
kencing.
BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur
atau tidak ? Bagaimana
konsistensinya lunak,keras,cair atau
berlendir ?
Pola aktivitas dan latihan
Pola tidur/istirahat
Berapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam
berapa ? Bangun tidur jam
b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum (Corry
S, 2000 hal : 36)
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat
kesadaran, tekanan
darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana
akan
didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang
akan kembali
normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik
lain rambut.
Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut
yang jarang,
kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa
menyebabkan rasa sakit pada pasien.
Muka/ Wajah.
Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ?
Apakah ada
gangguan nervus cranial ?
Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu
periksa pupil dan
ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva
?
Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta
tanda-tanda adanya
infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang
telinga,
keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat
jalan
napas ? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya,
jumlahnya ?
Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana
keadaan
lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh?
Apakah ada caries gigi ?
Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda
infeksi
faring, cairan eksudat ?
Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid
? Adakah
c.
Pemeriksaan Penunjang
Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien
dirawat, pemeriksaannya meliputi :
1.
Darah
Glukosa
Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N <
200
mq/dl)
BUN :
Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan
merupakan
indikasi nepro toksik akibat daripemberian obat.
Elektrolit
: K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan
predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
2. Skull
Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak
ruang
dan adanya lesi
3. EEG
: Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak
melalui
tengkorak yang utuh untukmengetahui fokus aktivitas kejang, hasilbiasanya
normal.
d. Analisa dan Sintesa Data
Analisa data merupakan proses
intelektual yang meliputi kegiatan
mentabulasi, menyeleksi,
mengelompokkan, mengaitkan data, menentukan
kesenjangan informasi, melihat pola
data, membandingakan dengan standar,
menginterpretasi dan akhirnya membuat
kesimpulan. Hasil analisa data
adalah pernyataan masalah keperawatan
atau yang disebut diagnosa
keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan
yang jelas, singkat, dan pasti
tentang masalah pasien/klien serta
penyebabnya yang dapat dipecahkan atau
diubah melalui tindakan keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah
:
1. Risiko terjadinya cedera fisik
berhubungan dengan serangan kejang berulang.
2. Risiko terjadinya ketidakefektifan
jalan nafas berhubungan dengan
sekunder dari depresi pernafasan
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan produksi sekret
yang berlebihan pad ajalan nafas atas.
4. Kurangnya pengetahuan keluarga
tentang penanganan penyakitnya
berhubungan dengan keterbatasan
informasi yang ditandai
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan
reaksi eksotoksin
II. Perencanaan
Perencanaan merupakan keputusan awal
tentang apa yang akan dilakukan,bagaimana, kapan itu dilakukan, dan siapa yang
akan melakukan kegiatantersebut. Rencana keperawatan yang memberikan arah pada
kegiatan
keperawatan. (Santosa. NI, 1989;160)
a.
Diagnosa Keperawatan : Risiko terjadinya cedera fisik berhubungan dengan
kejang berulang
Tujuan : Klien tidak mengalami cedera
selama perawatan
Kriteria hasil :
1.
Klien
tidak ada cedera akibat serangan kejang
2.
klien tidur dengan tempat tidur pengaman
3.
Tidak terjadi serangan kejang ulang.
4.
Suhu 36 – 37,5 º C , Nadi 60-80x/menit (bayi), Respirasi 16-20 x/menit
5. Kesadaran composmentis
Rencana Tindakan :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Identifikasi dan hindari
faktor
pencetus
2.
tempatkan klien pada tempat tidur
yang memakai pengaman di
ruang yang tenang dan
nyaman
3.
anjurkan klien istirahat
4.
sediakan disamping tempat tidur
tongue spatel dan gudel untuk
mencegah lidah jatuh ke
belakng apabila klien kejang
5.
lindungi klien pada saat kejang
dengan :
- longgarakn pakaian
- posisi miring ke satu sisi
- jauhkan klien dari alat yang
dapat melukainya
- kencangkan pengaman tempat
tidur
- lakukan suction bila banyak
sekret
6.
catat penyebab mulainya kejang,
proses berapa lama, adanya
sianosis dan inkontinesia,
deviasi dari mata dan gejala-
hgejala lainnya yang timbul.
7.
sesudah kejang observasi TTV
setiap 15-30 menit dan
obseervasi keadaan klien
sampai benar-benar pulih dari
kejang
8.
observasi efek samping dan
keefektifan obat
9.
observasi adanya depresi
pernafasan dan gangguan
irama jantung
10.
lakukan pemeriksaan neurologis
setelah kejang
11.
kerja sama dengan tim :
- pemberian obat antikonvulsan
dosis tinggi
- pemeberian antikonvulsan
(valium, dilantin,
phenobarbital)
- pemberian oksigen tambahan
- pemberian cairan parenteral
- pembuatan CT scan
|
1. Penemuan faktor pencetus untuk
memutuskan rantai penyebaran toksin
tetanus.
2. Tempat yang nyaman dan tenang
dapat
mengurangi stimuli atau rangsangan
yang dapat menimbulkan kejang
4. efektivitas energi yang dibutuhkan
untuk metabolisme.
5. lidah jatung dapat menimbulkan
obstruksi jalan nafas.
5. tindakan untuk mengurangi atau
mencegah terjadinya cedera fisik.
6. dokumentasi untuk pedoman dalam
penaganan berikutnya.
7. tanda-tanda vital indikator
terhadap
perkembangan penyakitnya dan
gambaran status umum klien.
8. efek samping dan efektifnya obat
diperlukan motitoring untuk tindakan
lanjut.
9 dan 10 kompliksi kejang dapat
terjadi
depresi pernafasan dan kelainan irama
jantung.
11. untuk mengantisipasi kejang,
kejang
berulang dengan menggunakan obat
antikonvulsan baik berupa bolus,
syringe
pump.
|
b. Diagnosa Keperawatan : Kurang
pengetahuan klien dan keluarga tentang
penanganan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien dan keluarga
tentang penanganan
penyakitnya dapat meningkat.
Kriteria Hasil :
1.
Klien dan keluarga dapat mengerti proses penyakit dan penanganannya
2. klien dapat diajak kerja sama dalam
program terapi
3. klien dan keluarga dapat menyatakan
melaksanakan penejlasan dna
pendidikan kesehatan yang diberikan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Identifikasi tingkat pengetahuan
klien dan keluarga
2. Hindari proteksi yang
berlebihan terhadap klien , biarkan
klien melakukan aktivitas sesuai
dengan kemampuannya.
3. ajarkan pada klein dan keluarga
tentang peraawatan yang harus
dilakukan sema kejang
4. jelaskan pentingnya
mempertahankan status kesehatan
yang optimal dengan diit, istirahat,
dan aktivitas yang dapat
menimbulkan kelelahan.
5. jelasakan tentang efek samping
obat (gangguan penglihatan,
nausea, vomiting, kemerahan pada
kulit, synkope dan konvusion)
6. jaga kebersihan mulut dan gigi
secara teratur
|
1. Tingkat pengetahuan penting untuk
modifikasi proses pembelajaran orang
dewasa.
2. tidak memanipulasi klien sehingga
ada
proses kemandirian yang terbatas.
3. kerja sama yang baik akanmembantu
dalam proses penyembuhannnya
4. status kesehatan yang baik membawa
damapak pertahanan tubuh baik
sehingga
tidak timbul penyakit
penyerta/penyulit.
5. efek samping yang ditemukan secara
dini lebih aman dalam penaganannya.
6. Kebersihan mulut dan gigi yang
baik
merupakan dasar salah satu pencegahan
terjadinya infeksi berulang.
|
2.3.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan
sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.
Selama pelaksanaan kegiatan dapat
bersifat mandiri dan kolaboratif.
Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi
dan dimonitor kemajuan kesehatan klien
( Santosa. NI, 1989;162 )
2.3.5 Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan
menyangkut pengumpulan
data subyektif dan obyektif yang akan
menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai atau belum.
Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan
analisa masalah selanjutnya
( Santosa.NI, 1989;162).
DAFTAR
PUSTAKA
Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan
Dokumentasi Keperawatan,
Penerjemah
Monica Ester, EGC, Jakarta
Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I
Made, EGC, Jakarta
Santosa NI, 1989, Perawatan I (Dasar-Dasar
Keperawatan),
Depkes RI, Jakarta.
Suharso Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga,
Surabaya.
13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
gabung yuk