ASKEP LETAK SUNGSANG
A. Pengertian
Letak sungsang
adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (presentase
bokong).Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda
dibanding kehamilan tua dan multigravida lebih banyak dibandingkan dengan
primigravida. Waktu memimpin partus dengan letak sungsang harus diingat bahwa
ada 2 fase :Fase I : fase menunggu Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya
melakukan observasi. Bila tangan tidak menjungkit ka atas (nuchee arm),
persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan dilakukan ekspresi kristeller,karena
halini akan memudahkan terjadinya nuchee arm Fase II : fase untuk bertindak
cepat.Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan
antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit.Untuk
mempercepatnya lahirnya janin dapat dilakukan manual aid.
Letak sungsang dibagi sebagai berikut :
1. Letak
sungsang murni yaitu bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus keatas.
2. Letak bokong
kaki
3. Letak
lutut
4. Letak kaki
Frekuensi letak sungsang murni
lebih tinggi pada kehamilan muda dibanding kehamilan tua dan multigravida lebih
banyak dibandingkan dengan primigravida.
B.Etiologi
1. Fiksasi kepala pada pintu atas
panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada panggulsempit, hidrosefalus,
plasenta previa, tumor – tumor pelvis dan lain – lain.
2. Janin
mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil (prematur).
3. Gemeli
(kehamilan ganda)
4. Kelainan
uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.
5. Janin
sedah lama mati.
6. sebab yang tidak diketahui.
C. Klasifikasi
1. Letak
bokong (Frank Breech), Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat keatas ( 75
% )
2. Letak
sungsang sempurna (Complete Breech), Letak bokong dimana kedua kaki ada
disamping bokong (letak bokong kaki sempurna / lipat kejang )
3. Letak
Sungsang tidak sempurna (incomplete Breech), adalah letak sungsang dimana
selain bokong bagian yang terendah juga kaki
dan lutut, terdiri dari :
a. Kadua kaki : Letak kaki sempurna
Satu kaki : Letak kaki tidak sempurna
Satu kaki : Letak kaki tidak sempurna
b. Kedua lutut : Letak lutut sempurna
Satu lutut : Letak lutut tidak sempurna
Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi :
1) Left sacrum anterior (sakrum kiri depan)
2) Right sacrum anterior (sakrum kanan depan)
3) Left sacrum posterior (sakrum kiri belakang)
4) Right sacrum posterior (sakrum kanan belakang)
Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi :
1) Left sacrum anterior (sakrum kiri depan)
2) Right sacrum anterior (sakrum kanan depan)
3) Left sacrum posterior (sakrum kiri belakang)
4) Right sacrum posterior (sakrum kanan belakang)
D. Tanda dan Gejala
1.
Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu
sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2. Pada
palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
3. Punggung
anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak
yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar dan lunak.
4. Bunyi
jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.
F. Patofisiologi
Bayi letak
sungsang disebabkan :
1.
Hidramnion : anak mudah bergerak karena mobilisasi
2. Plasenta
Previda : Menghalangi kepala turun ke panggul
3. Panggul
Sempit : Kepala susah menyesuaikan ke jalan lahir
G. Penatalaksanaan
1. Sewaktu
Hamil
Yang terpenting ialah usaha
untuk memperbaiki letak sebelum persalinan terjadi dengen versi luar. Tehnik :
a. Sebagai persiapan :
a. Sebagai persiapan :
1) Kandung
kencing harus dikosongka
2) Pasien
ditidurkan terlentang
3) Bunyi jantung
anak diperiksa dahulu
4) Kaki
dibengkokan pada lutu dan pangkal paha supaya dinding perut kendor.
b. Mobilisasi :
bokong dibebaskan dahulu
c. Sentralisasi
: kepala dan bokong anak dipegang dan didekatkan satusama lain
sehingga badan anak membulat dengan demikian
anak mudah diputar.
d. Versi : anak
diputar sehingga kepala anak terdapat dibawah. Arah pemutaran
hendaknya kearah yang lebih mudah yang
paling sedikit tekanannya. Kalau ada
pilihan putar kearah perut anak supaya
tidak terjadi defleksi. Setelah versi
berhasil bunyi jantung anak diperiksa lagi
dan kalau tetap buruk anak diputar
lagi ketempat semula.
e. Setelah
berhasil pasang gurita, observasai tensi, DJJ, serta keluhan.
2. Pimpinan
Persalinan
a. Cara
berbaring :
- Litotomi sewaktu inpartu
- Trendelenburg
- Litotomi sewaktu inpartu
- Trendelenburg
b. Melahirkan
bokong :
- Mengawasi sampai lahir spontan
- Mengait dengan jari
- Mengaik dengan pengait bokong
- Mengait dengan tali sebesar kelingking.
- Mengawasi sampai lahir spontan
- Mengait dengan jari
- Mengaik dengan pengait bokong
- Mengait dengan tali sebesar kelingking.
c. Ekstraksi
kaki
Ekstraksi pada kaki lebih mudah. Pada letak bokong janin dapat dilahirkan dengan cara vaginal atau abdominal (seksio sesarea)
Ekstraksi pada kaki lebih mudah. Pada letak bokong janin dapat dilahirkan dengan cara vaginal atau abdominal (seksio sesarea)
3. Cara
Melahirkan Pervaginam
Terdiri dari partus spontan ( pada letak
sungsang janin dapat lahir secara spontan
seluruhnya) dan manual aid (manual hilfe)
Waktu memimpin partus dengan letak sungsang
harus diingat bahwa ada 2 fase :
Fase I : fase menunggu
Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila tangan tidak menjungkit ka atas (nuchee arm), persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan dilakukan ekspresi kristeller,karena halini akan memudahkan terjadinya nuchee arm
Fase I : fase menunggu
Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila tangan tidak menjungkit ka atas (nuchee arm), persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan dilakukan ekspresi kristeller,karena halini akan memudahkan terjadinya nuchee arm
Fase II : fase untuk bertindak
cepat.
Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit.Untuk mempercepatnya lahirnya janin dapat dilakukan manual aid
Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit.Untuk mempercepatnya lahirnya janin dapat dilakukan manual aid
H. Prognasis
1. Bagi ibu
Kemungkinan robekan pada perineum lebih
besar,juga karena dilakukan tindakan,
selain itu ketuban lebih cepat pecah dan
partus lebih lama, jadi mudah terkena
infeksi.
2. Bagi anak :
Prognosa tidak begitu baik,karena adanya
ganguan peredaran darah plasenta setelah
bokong lahir dan juga setelah perut lahir,
talipusat terjepit antara kepala dan
panggul, anak bisa menderita asfiksia.
Oleh karena itu setelah tali pusat
lahir dan supaya janin hidup,janin harus
dilakukan dalam waktu 8 menit.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktifitas / Istirahat :
Melaporkan keletihan, kurang energy
Letargi, penurunan penampilan
b.Sirkulasi
Tekanan darah dapat
meningkat
c. Eliminasi
Distensi usus atau kandung kencing mungkin ada
d. Integritas ego
Mungkin sangat cemas dan ketakutan
e. Nyeri / Ketidaknyamanan
Dapat terjadi sebelum awitan(disfungsi fase laten primer) atau setelah persalinan
c. Eliminasi
Distensi usus atau kandung kencing mungkin ada
d. Integritas ego
Mungkin sangat cemas dan ketakutan
e. Nyeri / Ketidaknyamanan
Dapat terjadi sebelum awitan(disfungsi fase laten primer) atau setelah persalinan
terjadi (disfungsi fase
aktif sekunder).
Fase laten persalinan dapat memanjang : 20 jam atau lebih lama pada nulipara
Fase laten persalinan dapat memanjang : 20 jam atau lebih lama pada nulipara
(rata- rata adalah 8 ½
jam), atau 14 jam pada multipara (rata – rata adalah 5 ½ jam).
f. Keamanan
Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34minggu dalam upaya
f. Keamanan
Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34minggu dalam upaya
untukmengubah presentasi bokong menjadi
presentasi kepala, Pemeriksaan vagina
dapat menunjukkan janin
dalam malposisi (mis.,dagu wajah, atau posisi bokong)
Penurunan janin mungkin
kurang dari 1 cm/jam padanulipara atau kurang dari 2
cm/jam pada multipara
g .Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara
Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multipel,janin besar
g .Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara
Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multipel,janin besar
atau grand multiparitas.
h. Pemeriksaan Diagnosis
- Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion, janin besar atau gestasi multiple
- Ultrasound atau pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis,presentasi
h. Pemeriksaan Diagnosis
- Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion, janin besar atau gestasi multiple
- Ultrasound atau pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis,presentasi
janin ,posisi dan
formasi.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
(akut) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir
2. Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan
dengan obstruksi pada penurunan janin.
3. Risiko
tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin
4. Koping
individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi
3. Intervensi Keperawatan
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
I
|
Nyeri (akut ) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada
jalan lahir ditandai
dengan : Peningkatan tonusotot,pengungkapan,Prilaku
distraksi (gelisah, meringi menangis),wajah menunjukan nyeri
|
1) Buat
upaya yang memungkinkan klien pelatih untuk merasa nyaman mengajukan
Pertanyaan
2. Berikan
instruksi dalam tehnik pernafasan sederhana
3) Anjurkan
klien menggunakan tehnik relaksasi.Berikan instruksi bila perlu
4) Berikan
tindakan kenyamanan (mis. Masage,gosokan punggung, sandaran bantal,pemberian
kompres sejuk, pemberian es batu)
5) Anjurkan
dan bantu klien dalamperubahan posisi dan penyelarasan EFM
6)
Kolaborasi : Berikan obat analgetik saat dilatasi dan kontaksi terjadi
|
1. Jawaban
pertanyaan dapat menghilangkan rasa takut dan peningkatan
Pemahaman
2. Mendorong
relaksasi dan memberikan klien cara mengatasi dan
Mengontrol tingkat
ketidaknyamanan.
3. Relaksasi
dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut,yang memperberat nyeri dan
menghambat kemajuan persalinan
4. Meningkatkan
relaksasi,menurunkan tegangan dan ansietas dan meningkatkan koping dan kontrol klien
5. Mencegah
dan membatasi keletihan otot, meningkatkan sirkulasi
6. Menghilangkan
nyeri, meningkatkan relaksasi dan koping dengan
kontraksi,memungkinkan klien
tetap fokus
|
II
|
Risiko tinggi cedera terhadap meternal berhubungan dengan
obstruksi mekanis pada penurunan janin
|
1. Tinjau
ulang riwayat persalinan, awitan, dan durasi
2. Evaluasi
tingkat keletihan yang menyertai,serta aktifitas dan istirahat sebelum awitan
persalinan
3. Kaji
pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik
4. Catat
penonjolan , posisi janin dan presentasi janin
5. Tempat
klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah baring dan ambulasi
sesuai toleransi
6. Gunakan rangsang putting untuk menghasilkan
oksitosin endogen.
7. Kolaborasi
: Bantu untuk persiapan seksio sesaria sesuai indikasi,untuk malposisi
|
1. Membantu
dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab, kebutuhan pemeriksaan
diagnostik, dan intervensi yang tepat
2. Kelelahan
ibu yang berlebihan menimbulkan disfungsi sekunder atau mungkin akibat dari
persalinan lama
3. Disfungsi
kontraksi memperlama persalinan,meningkatkan risiko komplikasi maternal /
janin
4. Indikator
kemajuan persalinan ini dapat mengidentifikasi timbulnya penyebab persalinan
lama
5. Relaksasi
dan peningkatan perfusi uterus dapat memperbaiki pola hipertonik.Ambulasi
dapat membantu kekuatan grafitasi dalam merangsang pola persalinan normal dan
dilatasi serviks
6. Oksitosin
perlu untukmenambah atau memulai aktifitas miometrik untuk pola uterus
hipotonik
7. Melahirkan
sesaria diindikasikan malposisi yang tidak mungkin dilahirkan secara vagina
|
III
|
Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan
malpresentasi janin
|
1) Kaji DDJ
secara manual atau elektronik,perhatikan variabilitas,perubahan periodik dan
frekuensi dasar.
2)
Perhatikan tekanan uterus selamaistirahat dan fase kontraksi melalui kateter
tekanan intrauterus bila tersedia
3)
Kolaborasi : Perhatikan frekuenasi kontraksi uterus.beritahu dokter bila
frekuensi 2 menit atau kurang
4) Siapkan
untuk metode melahirkanyang paling layak, bilabayi dalam presentasi bokong
5) Atur
pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi klien
dengan PKA
|
1.
Mendeteksi respon abnormal ,seperti variabilitas yang berlebih – lebihan,
bradikardi & takikardi, yang mungkin disebabkan oleh stres, hipoksia,
asidosis, atau sepsis
2. Tekanan
kontraksi lebih dari 50 mmHg menurunkan atau mengganggu oksigenasi dalam
ruang intravilos
3. Kontraksi
yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidakmemungkinkan oksigenasi adekuat
dalam ruang intravilos
4.
Presentasi ini meningkatkan risiko , karena diameter lebih besar dari jalan
masuk ke pelvis dan sering memerlukan kelahiran secara seksio sesari
5. Risiko
cedera atau kematian janin meningkat dengan malahirkan pervagina bila
presentasi selain verteks
|
IV
|
Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis
situasi
|
1) Tentukan
kemajuan persalinan , kaji derajat nyeri dalam hubungannya dengan dilatasi /
penonjolan
2) Kenali
realitaskeluhan klien akan nyeri /ketidaknyamanan
3) Tentukan
tingkat ansietas klien dan pelatih perhatikan adanya frustasi
4) Berikan
informasi faktual tentang apa yang terjadi
5) Berikan
tindakan kenyamanan dan pengubahan posisi klien.Anjurkan penggunaan tehnik
relaksasi dan pernafasan yang dipelajari
|
1.
Persalinan yang lama yang berakibat keletihan dapat menurunkan kemampuan
klien untuk mengatasi atau mengatur kontraksi
2.
Ketidaknyamanan dan nyeri dapat disalahartikan pada kurangnya kemajuan yang
tidak dikenali sebagai masalah disfungsional
3. Ansietas
yang berlebihan meningkatkan aktifitas adrenal /pelepasan
katekolamin,menyebabkan ketidak seimbangan endokrin,kelebihan epinefrin
menghambat aktifitas miometrik
4. Dapat
membantu reduksi ansietas dan meningkatkan koping
5.
Menurunkan ansietas, meningkatkan kenyamanan , dan membantu klien mengatasi
situasi secara positif
|
Daftar
Pustaka
1. Soeparman, Waspadji S. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.
Jakarta:Balai
Penerbit FKUI, 1990
2. Mansjoer A, Triyanti, Savitri R, et al. Kapita selekta
kedokteran. Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta:Media
Aesculapius
FKUI, 1999
3. Abdulmuthalib. Pedoman diagnosa dan terapi di
bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Pusat
Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit
Dalam FKUI
4. Coleman CN, Cohen JR, Rosenberg SA. Adult
lymphoblastik lymphoma result of a
pilot protocol.
Blood 1981; 4:679-84
5. Gramatzki M, Dolan MF, Fouci AS, et al. Immunologic
characterization of a helper T cell
lymphoma. Blood
1982; 59:702-80
6. Staf Pengajar Bagian Patologik Anatomik,
Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta,
1996. dr.
Sutrisno Himawan, Kumpulan Kuliah Patologi,
Jakarta, 1996
SEMOGA BERMANFAAT BAGI SEMUA KHUSUSNYA KERABAT CALON PERAWAT PROFESIONAL,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Irfan ugaks91
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
gabung yuk