berita terbaru

Rabu, 25 April 2012

ASKEP PRURITUS@Kebun galuh@Dangker_Lepak


BAB I
PRURITUS

A.    Pengertian
      Pruritus merupakan sensasi kulit yang tidak nyaman bersifat iritatif sampai tingkat ringan atau berat pad inflamasi kulit dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Bila tidak disertai dengan kelainan kulit maka disebut pruritus esensial atau sine materia atau pruritus simptomatik.
     

B.     Etiologi
1.      Faktor eksogen
Dermatitits kontak (pakaian, logam, benda asing), rangsangan oleh ektoparasit (serangga tungau scabies, pedikulus, larva migrans) atau faktor lingkungan yang membuat kulit kering
2.      Faktor endogen
Seperti reaksi obat atau penyakit (contoh diskriasia darah, limfoma keganasan alat dalam, dan kelainan hepar dan ginjal

C.    Manifestasi Klinis
1. Garukan, sering lebih hebat pada malam hari.
2. Ekskoriasi, kcmcrahan, arca penonjolan pada kulit (kutil).
3. Infeksi, peruhahan pigmentasi kulit.
4. Gatal yang amat sangat sehingga menyebabkan ketidakmampuan pada individu.

D.    Pathofisiologi
Pruritogen menyebabkan ujung serabut saraf C pruritoseptif teraktivasi. Serabut saraf C tersebut kemudian menghantarkan impuls sepanjang serabut saraf sensoris. Terjadi input eksitasi di Lamina-1 kornu dorsalis susunan saraf tulang belakang. Hasil dari impuls tersebut adalah akson refleks mengeluarkan transmiter yang menghasilkan inflamasi neurogenik (substansi P, CGRP, NKA, dll). Setelah impuls melalui pemrosesan di korteks serebri, maka akan timbul suatu perasaan gatal dan tidak enak yang menyebabkan hasrat untuk menggaruk bagian tertentu tubuh.

E.     Klasifikasi
Klasifikasi Gatal
• Pruritoceptive itch : Akibat gangguan yang berasal dari kulit. Misalnya, inflamasi, kering, dan kerusakan kulit.
• Neuropathic itch : Akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau sentral. Misalnya, pada herpes dan tumor.
• Neurogenic itch : Tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun terdapat transmitter yang merangsang gatal. Misalnya, morphin dan penyakit sistemik (ginjal kronis, jaundice)
• Psikogenic itch : Akibat gangguan psikologi. Misalnya, parasitophobia.

F.     Mediator Penyebab Gatal Pada Kulit
Histamin
Konsentrasi histamin yang rendah pada lapisan dermo-epidermal menyebabkan sensasi gatal, namun injeksi yang lebih dalam (deeper intracutaneus) menyebabkan nyeri. Histamin disintesis di dalam sel mast dan tersimpan pada granula sel mast. Ketika terjadi reaksi radang, sel mast terdegranulasi dan keluarlah histamin tersebut. Histamin terdiri dari dua macam, H1 dan H2. Histamin yang menyebabkan gatal adalah H1.
• Serotonin
Amina jenis ini ditemukan pada platelet tapi tidak terdapat pada sel mast manusia. Serotonin dapat menyebabkan gatal melalui pelepasan histamine dari sel mast dermal.
• Endopeptidase
Endopeptidase seperti tripsin atau papain dapat menyebabkan gatal. Tripsin adalah komponen penting dari sel mast dermal dan dilepaskan akibat aktivasi sel mast. Sel mast memperoleh triptase, dari kerja proteinase-activated receptor-2 (PAR-2) pada terminal saraf C yang berdekatan sehingga membangkitkan neuropeptida pruritogenik dari terminal yang sama. Hal ini memperlihatkan interaksi sistem imun dan sistem saraf dalam menyebabkan sensasi gatal. Selain tripsin, reaksi inflamasi juga menghasilkan interleukin-2 (IL-2) yang ikut berperan dalam timbulnya gatal.
Neuropeptida
Substansi P yang terdapat pada terminal neuron C dilepaskan sebagai akibat dari kerja triptase sel mast pada PAR-2 dan menyebabkan gatal dengan baik dengan aksi langsung maupun memicu pelepasan histamin oleh sel mast melalui reseptor NK-1. Dosis rendah dari morphin menyebabkan gatal dan efeknya adalah pelepasan prostaglandin dan degranulasi sel mast. Reseptor agonis opioid adalah pada saraf tulang belakang atau ganglia dorsal karena dosis rendah dari morphine dapat menyebakan gatal segmental.
• Eicosanoid
Transformasi asam arakidonat (prostaglandin, leukotrin) memliki peran yang kuat dalam mediator inflamasi tapi tidak secara langsung menyebabkan gatal. Prostaglandin E (PGE) menyebabkan gatal melalui mediator lain. Konsentrasi rendah PGE pada satu area kulit menurunkan ambang batas timbulnya sensasi gatal akibat kerja histamin pada area tersebut.

G.  Bentuk-Bentuk Pruritus
Bentuk Pruritus:
1.   Pruritus pada gravidarum
Di induksi oleh hormon estrogen terutama pada trimester III akhir gravidarum dimulai dari abdomen atau badan kemudian generalisata, bisa disertai dengan gejala anorexia, nausea atau muntah juga disertai ikterus kolestatik setelah pruritus 2- 4 minggu karena garam empedu ada dalam kulit.

  1. Pruritus pada hepatikum
Pruritus sebagai akspresi kolestatis tanda adanya obstruksi pada empedu (obstruksi biliarry disease) yang berlokalisasi pad daerah hepatal, bisa juga disebabkan efek samping obat-obatan yang memberi obstruksi intra hepatal sehingga terjadi ekskresi garam asam billiar.


3.      Pruritus pada Senilitas / Senilis
Kulit senile yang kering mudah menderita fisur (chapped skin) mudak menjadi pruritik, terjadi dengan atau tanpa reaksi inflamatorik. Rasa gatal terjadi karena stimulasi ringan / perubahan suhu. Daerah yang tersering ialah daerah genital eksterna, perineal dan perianal.
      4.   Pruritus pada Sistem Endokrin (DM, Hiperparatiroid, Mixedema)
Pada DM terjadi hiperglikemia, sehingga terjadi iritabilitas ujung-ujung saraf dan kelenjar metabolik di kulit terutama daerah anogenital atau submammae pada wanita. Glikogen sel sel epitel kulit dan vagina meningkat sehingga terjadi diabetes kulit oleh karena predisposisi berupa dermatitis, kandidiasis, dan furunkulosis. Pada hiperparatiroid terjadi peningkatan hormon paratiroid dalam plasma sehingga terjadi defisit kalsium dalam kulit khususnya kalsium fosfat.
      5.   Pruritus pada Generalisata / Payah Ginjal
            Terjadi pruritus generalisata, terutama pada GGK (payah ginjal kronis) disertai edema dan terjadi kekeringan kulit (Xerosis) oleh karena terjadi atrofi kelenjar sebasea dab kelenjar sudorifera.
               Pada penyakit ginjal juga mengakibatkan gangguan metabolisme pada fosfor dan kalsium, magnesium dalam serum meningkat sehingga terjadi uremia yang menyebabkan terjadinya pruritus, penyebabnya oleh bahan-bahan yang mengalami retensi, ginjal gagal mensekresinya sehingga perlu dilakukan hemodialisis.
      6.   Pruritus pada neopalstik
            Pruritus pada keganasan internal terutama berasal dari sistem limforetikuler menyebabkan penyakit Hodgkin dengan insidens sampai berbulan-bulan, sebelum penyakit gejala mendasari diketahui.
      7.   Pruritus pada Mikosis Fungoides
            Merupakan limfoma maligna yang progresif. Pruritus timbul pad waktu lesi kulit masih tidak khas dan belum terdapat infiltrasi maligna. Pruritus dapat bersifat menetap dan intoleran.
      8.   Pruritus pada neurologik
            Defisit saraf sentral / perifer sebagai pengatur sensasi perabaan dapat menyebabkan pruritus.
      9.   Pruritus pada Psokologik
Respons garukan berbeda dengan pruritus karena penyebab lain. Pad gatal karena penyakit organis terdapat korelasi antara sensasi gatal dengan beratnya respons garuk. Pada gatal psikologik ternyata respons garukan lebih kecil daripada derajat gatal subjektif, tampak lebih sedikit efek garukan dan lebih sedikit efek garukan dan lebih banyak picking (cubitan), serta tidak dijumpai gangguan tidur.

      10. Pruritus pada Penyakit lain
            a.         Gout / rhematik
            b.   Hipertensi, aterosklerotik menyebabkan pruritus di seluruh tubuh sebelum timbulnya aplopexia
            c.         Polisitemia vena disertai pruritus dan urtikaria.
            d.   Defisiensi Fe bukan anemia, karena gangguan pembentukan Fe, sebelumnya anemia pruritus sudah hilang.

J. Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.

H.  Penatalaksanaan
      a.   Anamnesis dan pemeriksaan jasmani yang sempurna tentang riwayat alergi, demam, riwayat minum obat, penggantian kosmetik ,udara panas, kering atau sprei/selimut yang menyebabkan iritasi.
b.     Lakukan kompres dingin seperti es batu, bedak dingin yang mengandung mentol, bila keluhan pruritus masih berlanjut, perlu pemeriksaan pruritus akibat masalah sistemik.
c.      Gunakan Alpha-Keri, Lubath (bath oil) yang mengandung surfaktan dan membuat minyak bercampur dengan air rendaman untuk membersihkan kulit.
d.     Pada lansia hindari penambahan minyak karena resiko tergelincir.
e.      Preparat kortikosteroid topikal bermanfaat sebagai obat anti-inflamasi untuk mengurangi rasa gatal.
f.       Antihistamin spt difenhidramin (Benadryl), efektif menghasilkan tidur nyenyak, sedangkan  antihistamin nonsedasi seperti terfenadin (seldane) baik untuk menghilangkan pruritus pada siang hari. Sementara antihistamin trisiklik seperti doksepin (sinequen) untuk  pruritus akibat nueropsikogen.













     











BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A.  Pengkajian
Biodata
      Cantumkan biodata klien secara lengkap yang mencakup umur, jenis kelamin, suku bangsa.
   Keluhan utama
      Biasanya klien datang ke tempat pelayanan kesehatan dengan keluhan gatal pada kulitnya, intensitas gatal lebih sering terasa pada malam hari.
   Riwayat penyakit sekarang
      Factor pencetus timbulnya pruritus dapat disebabkan oleh adanya kelainan sistemik internal seperti diabetes melitus, kelainan darah atau kanker, penggunaan preperat oral seperti aspirin , terapi antibiotic, hormone. Adanya alergi, baru saja minum obat yang baru, pergantian kosmetik dapat menjadi factor pencetus adanya pruritus. Tanda-tanda infeksi dan bukti lingkungan seperti udara yang panas, kering, atau seprei/selimut yang menyebabkan iritasi, harus dikenal.
      Pruritus dapat terjadi pada orang yang berusia lanjut sebagai akibat dari kulit yang kering
   Riwayat penyakit dahulu
      Pruritus merupakan penyakit yang hilang/ timbul, sehingga pada riwayat penyakit dahulu sebagian besar klien pernah menderita penyakit yang sama dengan kondisi yang dirasa sekarang.
   Riwayat penyakit keluarga
      Diduga factor genetic tidak mempengaruhi timbulnya pruritus. Kecuali dalam keluarga ada kelainan sistemik internal yang bersifat herediter mungkin juga mengalami pruritus.
   Riwayat psikososial
      Rasa gatal dapat pula disebabkan oeh factor psikologik seperti stress yang berlebihan dalam keluarga atau lingkunagn kerja. Pruritus menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit. Rasa gatal yang hebat akan menganggu penampilan pasien.
   Kebiasaan sehari-hari
      Penggunaan sabun dan zat kimia tertentu, biang keringat (miliaria) dan kontak dengan pakaian dari bahan wol juga dapat berkaitan dengan pruritus.
Pathway

Pruritus

Factor Eksogen     Factor Endogen
 

Reseptor Rasa Gatal
 

Respon Garukan
 

Inflamasi dan Pelepasan Histamin

Ruam / Lesi


















B.  Diagnosa
      1.   Nyeri (akut) berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya kerusakan integritas kulit.
3.   Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi, erosi.


C.  Intervensi
Dx
Intervensi
Rasional
Nyeri (akut) berhubungan
dengan kerusakan jaringan
kulit

1. Tutup jari atau ektremitas pada posisi berfungsi (menghindari posisi fleksi sendi yang sakit) menggunakan beban dan papan kaki sesuai keperluan

2. Berika tindakan kenyamanan dasar :contoh: pijatan pada area yang tak
sakit,perubahan posisi denagn sering.

3. Berikan analgesik sesuai indikasi

1.  Berfungsi utuk
menurunkan
defermitas/kontraktur dan meningkatkan kenyamaman

2.Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot
dan kelelahan umum

3.   Membantu mengurangi
konsentrasi nyeri yang dialami dan memfokuskan kembali perhatian

Gangguan citra tubuh dengan HDRberhubungan
dengan kecatatan kulit

1. Berikan penguatan positif terhadap
kemajuan dan dorong usaha untuk mengikuti tujuan

2. Dorong intraksi keluarga dengan
tim rehabilitasi. Kehilangan aktual/yang dirasakan

3Mempertahankan/membuka garis
komunikasi dan memberikan dukungan terus menerus pada pasien dan keluarga.


1.Episode traumatik mengakibatkan perubahan tiba- tiba,tak diantisipasi, membuat perasaan kehilangan pada rehabilitasi.

2.Kata-kata penguatan dapat
mendukung terjadinya perilaku
koping (+)

3.Membantu dalam identifikasi
cara/alat untuk meningkatkan
/mempertahankan kemandirian dan dapat membantu pasien untuk mengatasi masih emosi mereka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

gabung yuk