berita terbaru

Minggu, 11 Maret 2012

askep meningitis


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
  DENGAN MENINGITIS


KONSEP PENYAKIT

A.    PENGERTIAN
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meningens, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).

B.     ETIOLOGI
1.      Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
2.      Penyebab lainnya : Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3.      Faktor predisposisi : jenis kelamin laki - laki lebih sering dibandingkan dengan wanita
4.      Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
5.      Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6.      Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan.
C.    PATOFISIOLOGI
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

D.    TANDA & GEJALA
1.      Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2.      Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3.      Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
·         Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
·         Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
·         Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4.      Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5.      Kejang akibat area  fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6.      Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7.      Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar.

E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Analisis CSS dari fungsi lumbal :
·         Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
·         Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2.      Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3.      LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4.      Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri)
5.      Elektrolit darah : Abnormal .
6.      ESR/LED :  meningkat pada meningitis
7.      Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8.      MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9.      Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

F.     PENATALAKSANAAN
1.      Farmakologis   :
·      Obat anti infeksi
a.       Miningitis tuberkuosa :
o   Isoniazid 10 –20 mg/kg/24 jam oral, 2 x sehari maksimal 500 mg, selama 1½ tahun.
o    Rifampisin 10 –15 mg/kg/24 jam oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
o    Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam (IM) 1-2 x sehari, selama 3 bulan.
o    Miningitis bakterial, umur < - 2 bulan:
o    Sefalosporin Generasi ke 3
o   Ampisilin  150 – 200 mg (400mg)/kg/24 jam IV, 4-6 x sehari, dan
o   Kloramfenikol 50 mg/kg BB/24 jam IV 4 x / hari.
b.      Miningitis bakterial umur > bulan:
o   Ampisilina 150 – 200 mg (400mg)/ kg/24 jam IV, 4-6 sehari .
o    Kloramfenikol 100 mg/kg/24 jam IV, 4 x sehari atau
o   Sefalosporin Generasi ke 3.
·         Pengobatan Simtomatis.
a.       Diazepam IV; 0,2 – 0,5 mg / kg/dosis, atau rektal : 0,4 – 0,6 mg/kg/ dosis.
b.      Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 x sehari atau
c.       Fenobarbital 5 – 7 mg /kg/24 jam, 3 kali sehari.










G.    KOMPLIKASI
a.       Hidrosefalus obstruktif
b.      MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
c.       Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
d.      SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
e.       Efusi subdural
f.       Kejang
g.      Edema dan herniasi serebral
h.      Cerebral palsy
i.        Gangguan mental
j.        Gangguan belajar
k.      Attention deficit disorder



















KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
a)      Biodata klien
b)      Riwayat kesehatan yang lalu
1.      Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
2.      Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
3.      Pernahkah operasi daerah kepala ?
c)      Riwayat kesehatan sekarang
1.    Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
2.    Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
3.    Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
4.    Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
5.    Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6.    Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.

7.    Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah,  menangis.
8.    Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.
                                                                                          

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN & INTERVENSI
1.    Infeksi berhubungan dengan adanya kuman patogen pada cairan serebrospinal dan sekret saluran pernapasan. 

INTERVENSI  :
·         Gunakan isolasi pernapasan selama 24 jam setelah permulaan terapi antibiotoka untuk meningitis bacterial
Rasional : Terapi dini antibiotika penting untuk mencegah komplikasi-komplikasi meningitis bacterial
·         Anjurkan orang-orang yang kontak dengan pasien diperiksa dan diobati
Rasional : Mencegah penularan selama waktu penularan yang tinggi
·         Bantu kumpulkan CSS. Catat jumlah dan karakterisik CSS. Beri antibiotika sesegera mungkin sesuai instrusi.
Rasional : Mencegah penularan kuman dan mengurangi resiko infeksi dari orang-orang yang kontak dengan pasien

2.    Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan peradangan dan edema pada otak

INTERVENSI :
·         Monitor pasien dengan ketat terutama setelah pungsi lumbal. Anjurkan pasien berbaring minimal 4  -  6 jam setelah pungsi lumbal.
Rasional : Untuk mencegah nyeri kepala yang menyertai perubahan tekanan intracranial
·         Monitor tanda-tanda peningkatan tekanan inrtakranial selama perjalanan penyakit (nadi lambat, tensi meningkat, kesadaran menurun, napas aritmik, refleks pupil menurun, kelemahan).
Rasional : Untuk mendeteksi tanda-tanda syok, yang harus dilaporkan kedokter untuk intervensi dini.
·         Monitor tanda-tanda vital dan neurologik tiap 5  -  30 menit. Mengenai tekanan intrakranial catat laporkan segera perubahan-perubahannya kedokter.
Rasional : Perubahan-perubahan ini menandakan ada perubahan tekanan intrakranial dan penting untuk intervensi dini.
·         Hindari posisi tungkai ditekuk atau gerakan-gerakan pasien, anjurkan untuk bedrest.
Rasional : Untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial.
·         Tinggikan sedikit kepala pasien dengan hati-hati cegah gerakan yang tiba-tiba dan tidak perlu dari kepala dan leher hindari fleksi leher.
Rasional : Untuk mengurangi tekanan intrakranial.
·         Bantu seluruh aktivitas dan gerakan-gerakan pasien. Beri petunjuk untuk BAB (jangan enema). Anjurkan pasien untuk menghembuskan napas dalam bila miring dan bergerak ditempat tidur. Cegah posisi fleksi pada dan lutut.
Rasional : Untuk mencegah keregangan otot yang dapat menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial.
·         Waktu prosedur-prosedur perawatan disesuaikan / diatur tepat waktu dengan preode relaksasi / sedasi ; hindari rangsangan lingkungan yang tidak perlu
Rasional : Untuk mencegah eksitasi yang merangsang otak yang sudah iritasi dan dapat menimbulkan kejang.





·         Beri penjelasan kepada pasien yang bingung ; artikan / jelaskan lingkungan kepasien dan reorientasikan pasien yang bingung.
Rasional : Untuk mengurangi disorientasi dan untuk klarifikasi persepsi sensoris yang terganggu.
·         Evaluasi selama masa penyembuhan terhadap gangguan motorik, sensorik dan intelektual.
Rasional : Untuk merujuk ke rehabilitasi.
























DAFTAR PUSTAKA


1.      Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. Edisi 8. Jakarta: EGC
2.      Marlyn,E Doenges.2000.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta:EGC
3.      Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

gabung yuk